BIBLICAL ELDERSHIP: PENATUA DALAM ALKITAB Pengarang : ALEXANDER STRAUCH

  


Sesungguhnya jantung dan jiwa dari buku ini yaitu memberikan penjelasan segar dan mendalam tentang semua teks Alkitab tentang penatua gereja, dan fondasi batu yang kokoh dimana lima ciri utama penatua Alkitabiah dibangun. Dan eksposisi Alkitab yang akurat menjadi pedoman untuk menjawab arti penatua sesungguhnya. Alexander mengatkan bahwa struktur dan instruksi jabatan penatua serta tanggangungjwab adalah tugas apostolik (Titus 1:15). Karena itu penulis memberikan laporan baca buku Biblical Eldership Karya Alexander Strauhch.

A.PENATUA DALAM ALKITAB

1.Kepemimpinan Pastoral

Para penatua memiliki tugas yang hampir sama dengan gembala menurut konsep perjanjian baru dan terminologi Alkitab yaitu penatua memimpin gereja, mengajar dan mengkhotbahkan firman, melindungi gereja dari guru-guru palsu, menasihati orang-orang kudus dalam doktrin yang sehat, mengunjungi dan mendoakan yang sakit, menilai masalah-masalah ajaran menggembalakan, mengawasi, memimpin, dan merawat gereja. Ada beberapa bentuk perhatian penatua dalam gereja. Pentua Gembala: Penatua sebagai pemelihara domba, melindungi, memberi makan, memimpin, dan merawat kebutuhan praktis domba. Melindungi Domba: Melindungi gereja lokal dari guru-guru palsu, menjaga yang hilang dan tersesat adalah tugas yang juga dimiliki oleh penatua mengingat bahwa domba-domba adalah kumpulan yang lemah dan setiap hari dikelilingi oleh bahaya. Peringatan Spiritual: Penatua selalu waspada ketika ada bahaya dan berdoa, melihat perubahan dan kebutuhan masyarakat (domba) serta menjaga kebutuhan spiritual mereka dengan selalu berdoa. Keberanian: Berani melawan pemangsa yang ganas karena domba yang dilindungi adalah orang percaya yang lemah, tidak dewasa secara rohani, dan tidak stabil. Maka para penatua diharapkan sebagai tembok yang mampu memberi perlindungan bahkan diharapkan untuk siap menyerahkan nyawanya demi domba-dombanya. Memberi Makan Kawanan Domba: Penatua mengajar dengan menjadikan firman Tuhan sebagi pusat pengajaran, memberi makanan rohani domba-domba  adalah hal yang sangat penting. Karena itu para penatua diharapkan memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rohani domba-dombanya.  Para penatua juga  diharapkan memiliki kemampuan komunikasi, kemampuan memimpin, memiliki kemampuan administrasi, dan kemampuan pengawasan. Memimpin Kawanan Domba: Penatua memiliki tugas memimpin dan memerintah, mengawasi, mengelolah gereja, sebagai penuntun yang aman, serta menggembalakan domba ke sumber air yang tepat ketika keadaan rohani sedang kering dan gersang. Keterampilan Manajemen: Memiliki kemampuan memimpin dan mengelolah gereja lokal, mengetahui arah dan tujuan gereja (memiliki visi dan misi) yang jelas sehingga bisa menetapkan tujuan,  membuat keputusan, memberikan arahan, memperbaiki kegagalan, mempengaruhi perubahan, memotivasi orang dengan, memberikan pemecahan masalah, perencana, dan pemikir. Karena domba yang sehat tidak ada begitu saja tetapi karena adanya keberhasilan manajemen yang sehat. Kerja Keras, Menjadi gembala adalah pekerjaan yang sulit dan tidak nyaman, penuh pengabdian, dan harus memiliki komitmen yang kuat, serta menguasai prinsip-prinsip pemuridan karena domba selalu mengalami berbagai persoalan. Mempertahankan Kebutuhan Secara Praktis: Para penatua juga memiliki tugas mengurus kebutuhan apapun dari kawanan domba tetapi juga selalu melihat ruang lingkup tugas dan tanggungjawab yang dimilikinya mengingat bahwa ada anggota penatua yang lain dan pelayanan adalah pekerjaan seluruh gereja. Sehingga pendelegasian tugas masing-masing anggota harus sangat jelas. Mengasihi Jemaat Tuhan: Setiap gembala atau penatua harus memiliki cinta dan perhatian untuk kawanan dombanya dan juga mengenal mereka karena pekerjaan penatua adalah pekerjaan yang berpusat pada manusia dan bertanggungjawab kepada Tuhan. Mengklarifikasi Terminologi Kita: Setiap gereja memiliki tanggungjawab untuk mengajar umatnya memahami makna istilah penatua, pengawas, pelayan, pengkhotbah, atau pendeta dengan tujuan untuk menantang para pemimpin gereja lebih setia menaati makna sebenarnya dari istilah Alkitab terhadap konsep penatua.

2.Kepemimpinan Bersama

Kepemimpinan bersama hendaknya tidak menjadi konsep baru bagi orang Kristen yang membaca Alkitab.  Kepemimpinan bersama berakar pada lembaga Perjanjian Lama dari para penatua Israel dan dalam pendirian kerasulan Yesus.  Adalah fakta yang sangat penting dan sering diabaikan bahwa Tuhan kita tidak menyarankan satu orang untuk memimpin Gereja-Nya.  Dia secara pribadi menunjuk dan melatih dua belas laki-laki.  Yesus Kristus memberi pluralitas kepemimpinan kepada Gereja.  Dua Belas terdiri dari dewan kepemimpinan Gereja yang pertama dan, dengan cara yang paling teladan, bersama-sama memimpin dan mengajar komunitas Kristen pertama.  Ke dua belas rasul memberikan teladan luar biasa tentang persatuan, kasih persaudaraan yang rendah hati, dan struktur kepemimpinan bersama.  Kepemimpinan bersama juga memberikan tanggungjawab kepada gembala gereja lokal atas pekerjaannya. Para pemimpin Gereja (seperti kita semua) dapat malas malas, takut, atau terlalu sibuk untuk memenuhi tanggung jawab mereka.  Karena itu mereka membutuhkan kolega dalam pelayanan kepada siapa mereka bertanggung jawab atas pekerjaan mereka.  Pelatih tahu bahwa atlet yang berlatih bersama saling mendorong untuk mencapai prestasi yang lebih besar.  Ketika orang lain berlari di samping, pelari akan mendorong sedikit lebih keras dan sedikit lebih cepat.  Hal yang sama berlaku dalam pekerjaan Tuhan.  Itulah salah satu alasan Tuhan mengirim murid-muridNya berpasangan. Selain itu juga kepemimpinan bersama memberikan pertanggungjawaban yang erat, kemitraan yang tulus, dan hubungan sebagai sesama yang bertanggungjawab dihadapan Tuhan. Melihat begitu pentingnya kepemimpinan bersama, maka para penatua harus membangun satu sama lain, pentua yang lebih tua dan lebih berpengalaman perlu membimbing penatua yang lebih mudah. Bersatu untuk pelayanan dan tumbuh bersama.  

3.Kepemimpinan Laki-laki

Dalam suatu jabatan laki-laki mendominasi kepemimpinan termasuk dalam pelayanan sebagai penatua dalam gereja. Perempuan sepertinya didiskrimansi, dan dinomorduakan oleh laki-laki. Hal inilah yang menjadi suatu perdebatan dalam hal jabatan. Bolehkah perempuan menjabat sebagai penatua dalam gereja? Jika merujuk pada penciptaan mula-mula, laki-laki dan perempuan setara adanya, yang membedakan keduanya hanyalah gender. Maka sangat perlu untuk memahami agar hak perempuan sebagai ciptaan Tuhan mendapat peran yang sama dalam pelayanan. 

Membatasi perempuan dalam suatu jabatan penatua adalah tindakan yang tidak adil dan diskriminatif jika dilakukan sewenang-wenang oleh pria untuk tujuan mereka sendiri, tetapi jika pembatasan itu adalah bagian dari rencana bijaksana pencipta, maka itu bukanlah diskriminasi, itu adalah adil dan baik, untuk kesejahteraan keluarga, gereja dan seluruh umat manusia. Sebagai orang Kristen kita tidak akan menuduh Yesus melakukan diskrimansi karena tidak memilih peremuan dalam kerasulan, sebab Dia adalah sempurna dan kita tidak sempurna Ia melakukan hal itu dalam hal kedaulatanNya sebagai Allah yang sempurna. Sebagai orang Kristen kita juga harus mengikuti teladan Yesus. Namun tidak mendiskrimasikan perempuan.

Model Kepemimpinan Laki-laki dalam Kerasulan

Dalam Kekristenan, teladan kepemimpinan Kristen ditemukan dalam pribadi Yesus Kristus. Yesus adalah Anak Allah, sebagai Adam kedua. Karena itu Dia harus laki-laki sebagai putra sulung bukan sebagai wanita. Itu sebabnya Yesus dijuluki sebagai kepala Raja segala raja. Dia menjadi model kepemimpinan laki-laki. Pada waktu Yesus memilih kedua belas rasul menegaskan dirinya sebagai yang Ilahi. Namun yang perlu diketahui adalah pada waktu Yesus menunjuk laki-laki masuk dalam kerasulan, bukan berarti Dia mendiskriminasikan perempuan, Yesus sangat menghormati perempuan dan itu telihat saat ia melayani mereka, pergi bersama dengan mereka dan mendorong mereka untuk melayani dengan cara mereka melayani sebagai perempuan. Dalam sebuah keluarga perempuan harus tunduk kepada suami dan suami harus mengasihi istri. Hal ini terlihat bukan sebagai suatu perbedaan melainkan dengan cara yang berbeda dalam memperlalukan keduanya dalam ikatan kasih di dalam Tuhan.

Model kepemimpinan laki-laki dalam kepemimpinan Perjanjian Baru

Jika melihat jabatan penatua dalam Perjanjian Baru memang yang sangat dominan terlihat adalah laki-laki, hal itu terlihat seperti seperti Paulus memilih para penatuan dari kalangan laki-laki, pemilihan demikian, Paulus (dan Yesus) terlihat sepertinya membatasi peran perempuan dari penatua. Itu sebabnya jabatan penatua lebih condong diberikan kepada laki-laki. Namun hal ini tidaklah merupakan sesuatu yang mutlak. Karena tetap saja perempuan adalah ciptaan yang setra dengan laki-laki yang memliki potensi dan karunia yang berbeda. 

Peran Kepala dan penundukan diri dalam hubungan pernikahan.

Dalam suratnya Paulus menuliskan peran laki-laki sebagai kepala dalam keluarga dia harus memimpin dan istri diinstruksikan untuk tunduk kepada suami seperti tunduk kepada Tuhan. Sebab suami adalah kepala istri. Ketundukan istri kepada suami dianalogikan seperti gereja tunduk kepada Tuhan Yesus sebagai kepala gereja. Maka sangat tepatlah Paulus menggambarkan hubungan pernikahan sama seperti gambaran hidup antara Kristus dan gereja. Demikianlah juga keluarga harus mencerminkan hubungan mereka seperti hubungan Kristus dan gereja. 

Peran Kepada dan Penundukkan diri di Gereja Lokal

Prinsip kepemimpinan laki-laki, bagaimanapun, tidak dengan cara apa pun memangkas pentingnya dan perlunya keterlibatan perempuan aktif di rumah atau gereja. Wanita Kristen abad pertama memainkan peran yang tidak dapat dipisahkan dalam pekerjaan Tuhan, dan banyak bagian memberikan bukti bahwa wanita bekerja dengan tekun dalam pelayanan Tuhan. Beberapa rekan kerja Paulus dalam Injil adalah wanita (Rm. 16: 1  -15; Flp 4: 2,3) .Tetapi peran aktif mereka dalam memajukan Injil dan merawat umat Tuhan dicapai dengan cara-cara yang tidak melanggar kepemimpinan pria digereja dan keluarga.

Untuk menangkal perilaku perempuan yang tidak pantas di gereja, Paulus menyatakan prinsip-prinsip Kristen tentang perilaku wanita sewaktu dia mengajar di rumah sosial dan gereja lokal: pertama, Pakaian sederhana, "Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah”, (1 Tim. 2: 9,10). Kedua, Ketundukan di gereja, "Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa”, (1 Tim. 2: 11-14). Dan pada intinya kepemimpinan dan ketundukan itulah yang dituntut baik dalam keluarga, gereja dan pelayanan.

4. Kepemimpinan yang berkulitas

Mengapa banyak pemimpin gereja jatuh dalam dosa sex, karena mereka mengganti standar Alkitab menjadi standar mereka sendiri. Melalui jurnal terbuka, para pendeta di Amerika di wawancara untuk meminta pendapat mereka terhadap perceraian. Dari tujuh pendeta yang ditanya tidak ada satupun pendeta yang menjelaskan seperti 1 Timotius 3:2a yaitu hidup tidak bercela. Ini membuktikan bahwa tampaknya pemimpin gereja, tidak menyadari kualifikasi Alkitab terhadap pemimpin dalam gereja.

Maka, kesalahan-kesalahan paling umum gereja dalam dalam menerapkan penatua gereja adalah menunjuk orang-orang yang tidak memenuhi kulifikasi Alkitab. Hal itu sangat penting karena gereja membutuhkan kualitas penatua yang alkitabiah. Jabatan penatua dan diaken dalam gereja dapat dijabat oleh siapapun dan tentunya yang memenuhi syarat Alkitab. Jika demikian sangat tepatlah apa yang Paulus katakan: 

“bahwa jika ada orang yang ingin menjabat sebagai seorang pengawas atau pemimpin, dia haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci” (1 Tim. 3: 1-7). 

Melalui kulifikasi di atas maka sangatlah perlu untuk menguji calon pemimpin gereja terlebih dahulu. Ada tiga alasan yang sangat penting mengapa Allah menuntut kualifikasi para penatua gereja. Pertama, Alkitab mengatakan bahwa seorang penatua harus memiliki moral yang tidak bercela, cakap mengajar karena ia adalah "pelayan Allah," yaitu, pemimpin rumah tangga Allah (Titus 1: 7). Seorang penatua dipercayakan dengan harta yang paling mahal dari Allah, yaitu anak-anak-Nya. Seorang penatua memegang posisi yang sangat penting, berotoritas sehingga seorang penatua haruslah memiliki moral yang baik dihadapan Tuhan dan jemaat. Kedua, para penatua gereja lokal harus bisa menjadi teladan (1 Petrus 5:3). Mereka adalah model bahwa Allah menginginkan semua anak-anak-Nya tidak bercela dan tidak bersalah, di tengah-tengah generasi yang bengkok dan sesat” (Flp. 2:15). Ketiga, pemimpin harus melindungi umat Allah dan mengajar dengan ajaran yang sehat. Sangatlah tepat pernyataan bahwa jika gereja ingin sehat rohani maka harus meminta gembala yang sehat rohaninya. Itulah bukti bahwa pemimpin mengasihi Allah yang terlihat pada saat ia memperlakukan umat Allah dengan baik.

5. Kepemimpinan yang Melayani

Dalam menjalankan sebuah tugas dan tanggungjawab sebagai pemimpin, ia harus membangun relasi yang baik dengan banyak orang serta memiliki sikap rendah hati, pengertian, kesabaran dan dengan dedikasi yang tinggi. Teladan kepemimpinan yang sempurna adalah Yesus Kristus, Ia rela berkoban demi kesejahteraan orang lain. Dia adalah pribadi yang lemah lembut dan rendah hati. Charles Calson seorang penasehat khusus presiden Amerika ia membedakan kekuasaan dunia dan kekuasaan dalam kekristenan “Nothing distinguishes the kingdoms of man from the kingdom of God mor than their diametrically opposed views of the exercise of power. One seeks to control people, of other to serve people; one promotes self, the other prostrates self; one seeks prestige and position, the other lifts up the lowly and despised.”  Jadi, Tidak ada yang membedakan kerajaan Manusia dari Kerajaan Allah lebih dari pandangan mereka yang bertentangan secara diam-diam tentang pelaksanaan kekuasaan. Yang satu berusaha mengendalikan orang, yang lain untuk melayani orang; satu mempromosikan diri, melemahkan yang lainnya; seseorang mencari gengsi dan kedudukan, yang lain mengangkat yang rendah dan dihina. Lebih lanjut Calson mengatakan kata yang bijak kepada para pemimpin Kristen “kekuatan seperti air asin; semakin anda banyak minum semakin haus anda dapatkan. Iming-iming dapat memisahkan orang Kristen yang paling tegas dari sifat sejati pemimpin Kristen yang melayani orang lain. Tidaklah sulit untuk berdiri di atas alas dan membasuh kaki mereka yang dibawah. Demikian juga konsep Tuhan Yesus dan konsep para murid mengenai kedudukan terlihat sangat berbeda. Mereka meminta agar diberikan posisi yang baik sedangkan Yesus mengatakan bahwa pemimpin adalah hamba yang melayani. 

Kesimpulan sementara dari ke lima prinsip yang dituangkan oleh Alexander Strauch terhadap lima bagian utama penatua dalam Alkitab, ia mengakui diawal bahwa prinsip yang sangat penting ini memang belum sepenuhnya belum dapat diterima oleh kalangan Kristen namun, ia sangat yakin bahwa jika prinsip ini dikerjakan akan memberikan kekuatan bagi gereja terkhusus bagi para penatua. Ia juga mengungkapkan alasanya menuliskan buku ini. Banyak gereja tidak menyadari kualifikasi moral dan spiritual yang dituliskan dalam kitab perjanjian baru untuk kawanan gereja. Sikap duniawi dari kebesaran, kekuasaan, promosi diri dan kecukupan dalam pelayanan sudah tertananm kuat dalam benak banyak pemimpin gereja. Itulah alasan judul buku ini yaitu panggilan yang mendesak untuk mengembalikan kepemimpinan gereja yang Alkitabiah. Penatua yang alkitabiah membutuhkan struktur kepemimpinan gereja dan gaya kepemimpinan yang alkitabiah. 

B.PERTAHANAN PENATUA ALKITABIAH

1.Struktur kepemimpinan berbasis Alkitab

Struktur organisasi dalam gereja merupakan hal yang penting karena dengan adanya struktur dapat menentukan bagaimana orang berpikir dan bertindak, dan struktur yang dibuat harus alkitabiah. Beberapa instruksi yang terlihat dalam perjanjian baru tentang bagaimana para pantua merawat jemaat, melindungi, mendisiplinkan, memilih, memulihkan, mematuhi, mendoakan dan memanggil umat. Para rasul bermaksud agar instruksi ini dipatuhi. Kemudian tidak hanya itu Paulus, Petrus dan Yakobus memberikan instruksi. Yakobus memberi tahu para penatua untuk berdoa dan mengurapi orang sakit dengan minyak (Yak. 5:14). Petrus secara langsung menagih penatua kepada pendeta dan mengawasi warga jemaat setempat (1 Pet. 5:1, 2). Memperingatkan para penatua agar tidak berlaku seperti penguasa (1 Pet. 5: 3). Berjanji kepada para penatua bahwa ketika Tuhan Yesus kembali mereka akan melakukannya menerima “mahkota kemuliaan yang tidak memudar” (1 Pet. 5: 4). Mendesak para penatua untuk hidup rendah hati (1 Pet. 5: 5). Dan Paulus mendesak para penatua untuk menjaga gereja dari guru-guru palsu (Kis. 20:28) dan untuk waspada terhadap ancaman ajaran palsu (Kis. 20:31). Mengingatkan para penatua untuk bekerja keras, membantu yang membutuhkan, dan bermurah hati seperti Tuhan Yesus Kristus (Kis. 20:35). Mendesak para penatua untuk hidup damai dengan Jemaat (1 Tes. 5 :13). Semua instruksi dari struktur tersebut adalah tuntutan yang memang tidaklah muda untuk dikerjakan namun, apabilah hal itu dikerjakan dalam anugerah Tuhan dapat membawa gereja mencapai kemajuan iman.

C.EKSPOSISI KITAB SUCI

1.Kisah Para Rasul

Kitab Kisah Para Rasul merupakan kitab volum kedua sesudah kitab Lukas. Dalam kisah Para Rasul kita menemukan sejarah yang berbicara banyak termasuk Penatua. Dalam sejarah tersebut Para Rasul menjadi titik belajar tentang penatua. Mula-mula kedua belas rasul merupakan pengawas resmi orang-orang Kristen. Jika merujuk dalam perjanjian lama kepemimpinan penatua terlihat dalam perjalanan sejarah Israel. Dan kita melihat peran utama para penatua saat itu ialah menjaga, mendisiplin, menegakkan hukum Allah dan mengelola keadilan. Dan pada umumnya penatua dalam perjanjian lama adalah orang yang beradap dan bijaksana. 

Pada zaman Yesus masih ada penatua lokal. Namun tidak telalu jelas dinyatakan. Dalam kisah para Rasul Lukas menyebut penatua tiga kali dalam sejarah kekristenan mereka adalah orang yang menerima dan mengelolah keuangan, menentukan isu doktrinal dan menyediakan nasihat dan penyelesaian konflik. Kata penatua muncul pertama kali terdapat dalam kisah-para rasul 11:30. Kemudian dalam kisah tersebut kita banyak menemukan para rasul menunjuk para penatua gereja untuk tugas dalam pelayanan gereja sebagai gembala bagi domba. Dalam penunjukan penatua Paulus mengikuti praktek Yerusalem dan Yahudi. Penunjukan itu terjadi kepada gereja yang baru lahir. Jadi, melalui penunjukan ini tugas penatua merupakan tugas yang sangat mulia, dan merupakan suatu kehormatan karena melayani Tuhan dan melayani umat milik kepunyaan Allah. Semua tugas penatua dan gembala harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Pada saat melayani para penatua harus memandang kepada Allah karena hanya di dalam Dialah kekuatan dan bimbingan dalam menggembalakan jemaat dimasa yang akan datang dapat terlaksana dengan baik.

2.Surat Paulus Kepada Gereja

Merupakan sesuatu yang unik pada saat kita melihat Paulus menunjuk penatua dan memberikan instruksi dengan sangat rinci mengenai syarat dan tugas para penatua namun istilah khusus dari penatua itu tidak dijelaskan secara jelas justru yang muncul adalah persamaan dari penatua dengan pengawas dan diaken dalam gereja. Sehingga yang terjadi di zaman ini menghasilkan asumsi yang berbeda dan akhirnya penetapan penatua tidak terlihat seperti instruksi yang rinci yang disampaikan oleh Paulus pada saat memilih penatua ataupun diaken. Dan kita juga menemukan tugas-tugas khusus yang paulus berikan kepada para penatua dan diaken. Namun hal itu tidaklah merupakan sesuatu yang perlu dipersoalakan. Yang paling penting adalah bagaimana para penatua tersebut menjadi penatua dan gembala yang baik, memiliki kemampuan mengajar Firman, memiliki kasih, tidak mementingkan diri sendiri dan memiliki moralitas yang baik. Hal inilah yang menjadi tuntutan dasar bagi seorang penatua dalam menjalankan tanggungajawabnya memimpin gereja.

3.Istruksi Paulus Kepada Timotius 

Kitab 1 Timotius merupakan kitab yang sangat relevan untuk memahami banyak hal berkenaan dengan pelayanan seperti mengerti visi, organisasi, dan kehidupan gereja lokal. Jika dilihat dari kitab tersebut maka kita menemukan pasal demi pasal dengan topik masalah seperti mengahadapi guru-guru palsu, kedisiplinan, bicara tentang doa, kualifikasi kepemimpinan, pelayanan dan pengajaran, mendisiplin, kepedulian kepada sesama, dan masalah kekayaan dan materialisme. Pengaruh yang besar dalam kitab ini adalah adanya para pengajar-pengajar palsu yang menyesatkan orang-orang percaya. Itulah sebabnya Paulus dengan wibawahnya sebagai rasul pada saat mengirim surat kepada Timotius sebagai anak rohaninya, bentuk surat ini terlihat sangat serius, resmi dan berwibawah. Dalam kitab ini paulus menguraikan banyak hal tentang tugas dan tangungjawab Timotius agar sebagai penanggungjawab menjaga diri, menjadi teladan dan mengalami kemajuan dalam injil serta mencapai kulifikasi rohani yang baik sebagai pelayanan Tuhan, cakap mengajar, bijaksana dan memilih para penatua dalam gereja dengan kulifikasi yang alkitabiah dan dalam pemilihan inipun Timotius tidak boleh tergesah-gesah. Hal itu sangat diperlukan dan tidak boleh lalai sedikitpun agar dengan demikian dapat menentang setiap pengajaran-pengajaran yang menyesatkan. Dan menyingkapkan kebenaran yang dinyatakan dengan penuh tanggungjawab dan rendah hati. 

4.Instruksi Paulus kepada Titus

Titus adalah salah satu rekan kerja Paulus yang paling berbakat.  Seperti Timotius, Titus dengan setia mengabdikan dirinya untuk membantu Paulus dalam misinya untuk memberitakan Injil dan memperkuat gereja. Titus adalah wakil khusus Paulus untuk memenuhi tugas sementara. Tampaknya mengindikasikan bahwa gereja-gereja Kreta didirikan sebelum kedatangan Paulus.  Fakta bahwa tidak ada penatua resmi di gereja-gereja ini tidak menyiratkan bahwa Paulus mendirikan gereja.  Sebaliknya, tidak adanya penatua berarti bahwa gereja-gereja lemah dan membutuhkan arahan dan perhatian kerasulan. Paulus menuliskn surat ini denga maksud untuk memberi wewenang kepada Titus, yang bukan seorang rasul, untuk bertindak dengan otoritas kerasulan: berbicara dan menasihati dan menegur dengan segala wewenang. Jangan ada yang mengabaikanmu (Titus 2:15). Paulus juga berpesan agar gereja-gereja mematuhi nasihatnya dan mengikuti Titus sebagai utusan Paulus. 

Bukti keseriusan Paulus terhadap pelayanan, ia merindukan agar orang percaya di Kreta dapat dilayani dan mengajar, mengarahkan mereka agar dapat menjadi gereja yang bertumbuh. Maka untuk mencapai tingkat kedewasaan Titus diberikan tugas dan tanggungjawab untuk mempersipakan dan memilih para penatua gereja, agar gereja tersebut dapat diatur sehingga organisasi gereja dan pelayanan dapat tertata dengan baik. Dan perhatian yang serius dalam memilih para pemimpin gereja atau penatua harus orang-orang yang memiliki kualifikasi atau standar yang Paulus anjurkan. Itu sangat penting agar para penatua yang dipilih dapat bertangungjawab, tidak memiliki cela dan dapat mengajar umat Allah. Kualitas demikian harus dimiliki sehingga dapat berkembang dan dapat membawa gereja pada kemujuan iman sekalipun ada banyak pengajar-pengajar palsu.

5.Intruksi Petrus kepada para Penatua

Petrus menuliskan surat 1 Petrus ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang menderita yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapodokia, asia dan Bitinia (1 Pet. 1:1). Dalam suratnya ia memberikan nasihat kepada para penatua. Meyakinkan mereka sebagai sesama penatua dan sebagai saksi penderitaan Kristus yang juga akan mendapat bagian dalam Kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Ia memposisikan dirinya sebagai sesama bagi pentua yang lain. Gembalakanlah kawanan domba Allah jangan dengan paksa tetapi dengan rukarela. Tidak hanya itu Petrus juga memberi nasihat kepada orang muda agar mereka menghormati orang tua dan hidup rendah hati.

Setelah Petrus meyakinkan dan menasihati mereka, kini ia melanjutkan agar para penatua tersebut menjadi penatua yang kudus dihadapan Allah. Para penatua harus menjadi gembala yang baik, memberi domba Allah makan serta mengajarkan mereka dengan ajaran yang murni. Dan sebagai gembala Petrus juga memberi pesan agar mereka memiliki kepedulian terhadap domba Allah sehingga mereka melayani dengan tidak paksa melainkan dengan sukarela, dengan senang hati dan dengan murah hati.

Petrus begitu serius memperhatikan domba yang akan digembalakan.  Itu menujukan bahwa ia sangat mengasihi Allah sebagai pemilik domba itu. Petrus sadar bahwa ada banyak gembala yang tidak baik, mereka melayani hanya untuk mencari pujian, keuntungan terhadap diri mereka sendiri.  Sebagai gembala yang dipercayakan ia harus melayani dengan penuh pengabdian diri. Bahkan seperti Paulus ia sendiri banyak berkorban demi domba-domba kepunyaan Allah.

6.Instruksi Yakobus kepada orang sakit

Kitab Yakobus diawali dengan doa dan ditutup dengan doa. Doa merupakan solusi utama dalam menghadapi pencobaan dan penderitaan. Selain itu, hikmat juga sangat diperlukan agar bertidak dengan benar. Disini Yakobus memberi nasihat agar para penatua bersedia mendoakan orang-orang yang sakit dan mengoleskan minyak atas nama Tuhan. Karena memang orang sakit sangat mengharapkan untuk didoakan. Minyak merupakan symbol pengurapan, saat minyak dioleskan orang mengalami sakit adalah objek dari pengurapan tersebut. Tentu dalam penggunaan minyak tidak mengindikasikan bahwa, minyak tersebut memiliki kuasa magig untuk kesembuhan. Semua kuasa atau otoritas ada di dalam Yesus Kristus. Di dalam kedaulatanNya terletak kekuatan untuk menyembuhkan dan bagi Dia tidak ada yang terlalu sulit. Jadi disinilah kita melihat para penatua bertindak untuk berdoa dan mengoleskan minyak kepada orang sakit. Dan orang yang sakit disembuhkan dalam nama Tuhan Yesus. 

Yakobus juga menambahkan bahwa doa yang dinaikan harus dengan keyakinan iman. Dan inilah tanggangung jawab yang serius terhadap para penatua agar agar hidup dalam kebenaran dan hidup dalam iman dan berdoa kepada umat Allah yang bergumul dalam pencobaan dan penderitaan. Dan yang paling penting kesembuhan hanya diperoleh di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Pada bagian terakhir Yakobus menunjukan bahwa dosa penyebab orang mengalami sakit. Dalam surat Yakobus ia menunjukan dosa yang terjadi dalam jemaat seperti iri hati, adanya pertengkaran, diskrimanasi terhadap orang miskin, hawa nafsu, saling mengelu satu sama lain, tidak bersatu, kurang iman, dan tidak hidup dalam kasih.  Melihat dosa diatas maka para penatua harus dengan hikmat untuk menuntun mereka agar mereka sampai mengakui dosa dihadapan Tuhan. Sehingga pengampunan dan kesembuhan dapat terjadi.

7.Ibrani : Patuhi Pemimpin

Ibrani 13:17: Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.

Penulis yang diilhami mengarahkan para pembacanya kepada tanggungjawab mereka untuk menjadi anggota dan menaati para pemimpin rohani mereka. Pada ayat 7 dalam pasal 13 penulis mengajak pembacanya untuk mereka merenungkan teladan kesetiaan yang saleh dari mantan pemimpin mereka. Jadi, berdasarkan ayat 17 di atas penulis mendesak mereka untuk mematuhi dan tunduk kepada para pemimpin mereka saat ini. Ada dua tujuan dari nasihat tersebut, Pertama, dengan merenungkan contoh-contoh kehidupan para pemimpin yang lalu yang membuat mereka hidup setia kepada Kristus. Kedua, dengan mematuhi pemimpin mereka saat ini mereka akan dilindungi dan diberi makan secara rohani. 

Kata “patuh dan tunduk” terihat sangat jelas dalam ayat 17 di atas. Orang Kristen tidak hanya mematuhi para pemimpin mereka tetapi juga tunduk yang artinya menyerah dengan cara apapun.  Ini berarti orang-orang Kristen harus responsif terhadap para pemimpin, tunduk pada otoritas mereka, dan menundukkan diri mereka kepada mereka bahkan ketika mereka memiliki perbedaan pendapat. Efektivitas badan pemimpin gereja mana pun secara terukur dipengaruhi oleh respons orang-orang yang dipimpinnya. Orang-orang yang keras kepala dan tidak tunduk tidak bisa dijangkau dan tidak mampu mengubah demi kebaikan mereka sendiri. Perhatikan bangsa Israel: karena ketidaktaatan terus-menerus, bangsa itu secara keseluruhan tidak memasuki Tanah Perjanjian (Ibrani 3: 16-4: 16). Hal yang sama berlaku saat ini, ketika umat Allah bertindak dalam ketergantungan dan kehendak diri sendiri, ada sedikit pertumbuhan, kedamaian, atau sukacita dalam pelayanan gereja lokal. Tetapi ketika orang-orang percaya taat dan tunduk kepada para pemimpin rohani mereka, gereja lokal memiliki kesempatan untuk menjadi keluarga Allah yang bertumbuh, penuh kasih, dan penuh sukacita.

Untuk menguatkan nasihatnya penulis menambahkan alasan untuk tunduk dan taat kepada para pemimpin rohani, karena mereka mengawasi dan merawat jiwa. Hal ini digambarkan seperti gembala domba, para pemimpin rohani harus selalu waspada, teliti dan rajin. Dan dalam pengawasan menuntut upaya tidak kenal lelah, disiplin diri dan memiliki keprihatinan demi keselamatan orang lain. Mengapa ini penting karena para pemimpin harus mempertanggungjawabkan itu dihadapan Allah sebagai pemilik segala sesuatu. Memang memimpin bukanlah sesuatu hal yang mudah, Musa pernah meminta kepada Tuhan agar mengambil nyawanya, itu karena ketidaktaatan orang yang dipimpin. Maka dalam dalam hal ini anugerah kekuatan dari Allah dalam mengerjakan tugas keemimpinan sangatlah dibutuhkan.

8.Pengangkatan Para Pemimpin

Proses penunjukan para pemimpin gereja harus dilakukan dengan benar dan tertib. Maka, memilih, memeriksa dan sampai menyetujui para pengawas yang ditentukan harus dengan selektif untuk mencari calon pemimpin. Dan untuk alasan inilah penatua yang baik akan berdoa dengan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan dan melatih pemimpin masa depan. Kennet seorang professor dan ketua departemen di Dallas Theological Seminary berkata kunci untuk mereproduksi kepemimpinan adalah dengan jelas merencakannya.

Dalam penunjukan pemimpin kita menemukan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dengan sangat bijak dalam pemilihan pemimpin: Pertama, keinginan pribadi. Dalam 1 Timotius 3:1b Berkata “orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat, menginginkan pekerjaan yang indah”. Hal pertama yang harus dipertimbangkan dan menunjuk pemimpin adalah keinginan pribadi kandidat. Keinginan dan mempromosikan diri untuk menjadi kandidat tidaklah masalah apalagi jika itu digerekan oleh Roh Kudus, sudah pasti tidak dapat dielakkan. Seorang pria yang ingin menjadi  penatua akan memberi tahu orang lain tentang keinginannya. Pengetahuan tentang hasrat ini akan mendorong para penatua untuk berdoa dan melakukan keinginan tersebut melalui pelatihan dan kepemimpinan yang tepat pengembangan. Lebih penting lagi, orang dengan motivasi yang diciptakan Roh untuk pekerjaan penatua akan mencurahkan banyak waktu, pikiran, dan energi untuk merawat orang dan mempelajari Alkitab. Tidak ada hal seperti keinginan yang diberikan Roh untuk menjadi penatua tanpa bukti yang sesuai tentang pengorbanan, pelayanan yang penuh kasih, dan kasih kepada Allah. Penatua adalah tugas yang berat, bukan hanya posisi lain pada papan pengambilan keputusan. Bahkan, semakin kuat keinginan untuk menjadi penatua, semakin kuat akan kepemimpinan dan cintanya untuk orang lain melalui Firman. Kedua, Kualifikasi Moral dan spiritual, dalam perjanjian baru dengan jelas memberikan penekanan bahwa sifat moral yang baik dan hidup rohani yang dapat memenuhi syarat menjadi penatua gereja. Alkitab memberikan kualifikasi dalam pemilihan penatua (1 Tim. 1;1-7; Tit. 1:5-9). Ketiga, Seleksi dan pemeriksaan, pemilihan calon penatua dapat dilakukan oleh jemaat teruma dalam gereja baru atau dapat juga dilakukan oleh para penatua yang atau dapat dilakukan dengan kombinasi keduanya. Dan penatua sebagai pemimpin atau wakil Allah dapat mengangkat pemimpin yang terpilih. Keempat, Instalasi, setelah para pemimpin diperiksa dan telah memenuhi syarat barulah mereka diberikan jabatan untuk memimpin rumah Allah. Kelima, Doa, setelah penunjukan pemimpin gereja, kini doa yang dinaikan kepada Allah, memohon berkat dan penyertaan agar pemimpin yang telah dipilih dapat melayani dengan baik dan bertanggungjawab dihadapan Tuhan. 

9.Penatua dan Jemaat

Yesus Kristus adalah kepala gereja. Ia adalah pemilik segala domba itu. Maka sebagai gembala dan pelayan Tuhan berada dibawah otoritas Kristus dan FirmanNya. Mereka bukan orang yang menjalankan kekuasaan. Mereka tidak dapat mengatakan ataupun melakukan sesuatu yang mereka inginkan. Gereja bukan milik mereka, gereja adalah miliki kepunyaan Allah. Itu sebab para penatua harus meneladani Kristus dalam menggembalakan mereka dengan cara yang Kristus ajarkan, rendah hati dan penuh kasih.

Selanjutnya melihat tugas tanggungjawab penatua yang sangat besar, maka sebagai umat harus menghormati, mengasihi, taat dan tunduk kepada para pemimpin gereja. Walaupun memang menundukan diri sepertinya begitu sulit. Namun walaupun demikian kita dipanggil untuk tunduk dalam keadaan apapun dan dalam keadaan yang tidak menyenangkan sekalipun. Dan keduanya baik penatua dan umat harus terlebih dahulu menundukan diri kepada Yesus Kristus. 

Demikian Tugas Laporan baca dari penulis, Tuhan Yesus memberkati.


0 Response to "BIBLICAL ELDERSHIP: PENATUA DALAM ALKITAB Pengarang : ALEXANDER STRAUCH"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel