Keadilan dan Perdamaian dalam Keluarga
Thursday, January 23, 2020
Add Comment
Keadilan dan Perdamaian dalam Keluarga
Bahan Alkitab: Yesaya 57:21; Matius 5:9
Keadilan dan perdamaian sangat dibutuhkan bagi banyak bangsa di dunia. Selain untuk membentuk suatu tatanan dunia yang harmonis, UNESCO telah mewajibkan pada banyak negara anggota PBB untuk melakukan pendidikan perdamaian bagi lembaga pendidikan. Oleh karena itu, budaya damai ini harus diwujudkan melalui lembaga pendidikan, tidak terkecuali juga pendidikan dalam keluarga.
Bahan Alkitab: Yesaya 57:21; Matius 5:9
Keadilan dan perdamaian sangat dibutuhkan bagi banyak bangsa di dunia. Selain untuk membentuk suatu tatanan dunia yang harmonis, UNESCO telah mewajibkan pada banyak negara anggota PBB untuk melakukan pendidikan perdamaian bagi lembaga pendidikan. Oleh karena itu, budaya damai ini harus diwujudkan melalui lembaga pendidikan, tidak terkecuali juga pendidikan dalam keluarga.
Dalam konteks berbangsa dan bernegara, kita sering menjumpai terjadinya sikap ketidakadilan sehingga banyak menimbulkan konflik, perkelahian, perselisihan antarsuku, agama, ras dan antargolongan (SARA), sehingga telah menimbulkan banyak korban. Dalam konteks komunitas juga ketidakadilan dan sikap pilih kasih banyak menimbulkan sikap iri hati dan konflik yang sulit didamaikan.
Dalam konteks keluarga sering sikap yang egois, mau menang sendiri, tidak bertanggung jawab dan kurangnya kasih menyebabkan timbulnya perselisihan dan konflik antara suami-isteri, ataupun orang tua dengan anaknya yang berujung pada perceraian dan timbulnya kekerasan dalam keluarga. Dalam keluarga juga sering kita jumpai adanya relasi yang tidak harmonis, saling membenci, dan tidak mau bertolong-tolongan. Sebetulnya dalam skala kecil konflik juga dapat menimbulkan dampak positif. Misalnya karena konflik kita menjadi lebih memahami orang lain, berusaha mengelola konflik yang ada, menjadi lebih jelas terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Namun konflik yang berkepanjangan dan dalam skala yang berat, konflik bisa menimbulkan dampak yang destruktif atau menghancurkan, karena tidak pernah diupayakan adanya usaha perdamaian. Dalam bahasa Yunani (bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru), istilah yang dipakai untuk keadilan adalah dikaiosune (Newman, 2002:4). Istilah ini meliputi beberapa arti, yakni adil, tulus, benar, dan tidak salah. Sementara, dalam bahasa Ibrani (bahasa asli Alkitab Perjanjian Lama), istilah yang dipakai adalah misypat yang berarti hukum atau keputusan dan tsedaqa yang berarti kebenaran (Beaker dan Sitompul, 1997:40, 51).
Secara hakiki, adil pada diri sendiri adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebagai kewajiban yang telah menjadi haknya dalam hubungannya dengan hidup. Itu berarti, adil adalah: sesuai dengan haknya, tidak lebih dan tidak kurang. Keadilan harus dihubungkan dengan kemanusiaan, yakni wajib memenuhi kepentingan sendiri sekaligus kepentingan orang lain sebagai sesama.
Oleh sebab itu, keadilan harus selalu memerhatikan kepentingan dari dua pihak yang berlainan, tidak hanya satu pihak. Apabila keadilan hanya memerhatikan kepentingan sepihak, kehidupan bersama dapat dipastikan tidak akan damai, bahkan semakin rapuh. Keadilan sesungguhnya mempunyai perspektif mengatur dan menertibkan kehidupan seseorang (2 Sam. 15:4; Maz. 82:3). Dalam keadilan termaktub kewajiban untuk peduli bagi kepentingan pihak lain secara individual ataupun kolektif (Hak. 5:11), agar komunitas menjadi damai. Keadilan yang dihubungkan dengan keluarga memiliki potensi pengembangan yang sangat besar. Karena di dalam keluarga seseorang menjadi apa yang telah diajarkan dan dibentuk dalam keluarganya. Jika seseorang diajarkan tentang keadilan dalam keluarga, maka orang tersebut akan membawa pribadi adil ke luar di masyarakat. Sikap atau tindakan yang dianggap adil adalah penyerahan diri secara total kepada Tuhan Allah.
Dalam hal ini, keadilan selalu berimplikasi pada beberapa prinsip, yakni: kesejahteraan, kecukupan, kesetaraan, personalitas dan persaudaraan. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut, keadilan juga memerlukan kasih. Seringkali keadilan berkaitan erat, bahkan dapat menjadi realita sebabakibat terhadap timbulnya perdamaian. Bila dalam persekutuan terdapat ketidakadilan, maka akibatnya seringkali sulit diadakan perdamaian.
Meneladani Tuhan Yesus Apakah kita sudah menjadi pembawa damai, sahabat bagi dunia, memiliki sikap kehidupan sebagai orang Kristen, yang identik dengan kasih dan damai? Tentu seharusnya demikian kehidupan kita sebagai orang Kristen. Sebelum kita berdamai dengan keluarga dan lingkungan, seharusnya lebih dulu kita harus berdamai dengan Tuhan dan kehendaknya. Inilah dasar utama kehidupan Kristiani. Usahakan dan upayakanlah pola hidup anda adil dan damai dengan meneladani keadilan dan perdamaian Tuhan. Bagaimana caranya? Dengan cara membuat pola hidup berkomunikasi dengan Tuhan setiap hari melalui pembacaan firman dan doa. Dalam kitab Nabi Mikha 5:4 dikatakan bahwa “Dia menjadi damai sejahtera”.
Pada umumnya para penafsir mengungkapkan bahwa ayat itu menunjuk kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai “Raja Damai”. Dia adalah damai sejahtera itu sendiri, yang menjadi pedoman kehidupan kita. Kehadiran Kristus dalam kelahiran dan kematian dan kebangkitannya adalah cara Allah yang merendahkan diri dan menjadi manusia untuk berdamai dengan kita manusia yang berdosa. Kristus adalah Allah Sang Kasih yang mendamaikan kita dengan Allah, serta menjadi contoh perdamaian antara kita dan sesama, bahkan dengan lingkungan.
Salah satu contoh tentang perdamaian yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus adalah percakapan Tuhan Yesus dengan seorang perempuan Samaria, di sumur Yakub (Yoh. 4:9-18). Pada ayat tersebut kita menemukan bagaimana Tuhan Yesus, sebagai seorang Yahudi, sedang menjadi “jembatan” pendamai dengan orang Samaria, di mana sebelumnya kedua bangsa ini, bermusuhan dan tidak berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
Sebenarnya, apa yang diperlihatkan Tuhan Yesus dalam kisah di atas, merupakan sebuah teladan yang harus dilakukan dalam kehidupan orang Kristen. Terutama kaum remaja yang sering sensitif, gampang tersinggung, dan mudah terlibat konflik. Tuhan Yesus memberikan teladan bahwa sebagai orang Kristen harus menjadi pembawa damai bagi dunia. Salah satu tes yang bisa kita lakukan misalnya adalah ketika kita hadir di suatu tempat. Pada saat kita hadir, apakah kehadiran kita disukai oleh orang-orang di sekitar kita? Adakah kehadiran kita sudah ditunggu-tunggu dan sangat diharapkan? Jika kehadiran kita diterima atau ditunggu-tunggu, mungkin kita sudah membawa dampak yang positif bagi lingkungan itu, atau setidaknya membawa damai di lingkungan.
Tahukah kamu, bahwa lingkungan membutuhkan damai? Sudahkah kita menjadi pembawa damai bagi lingkungan kita? Sudahkah kita sungguh-sungguh berdamai dengan Allah dan berdamai dengan sesama? Hal ini pernah dibuktikan oleh salah seorang peneliti tentang dampak suasana damai. Suatu ketika, ada dua kelompok ayam betina. Kelompok pertama selalu diperdengarkan musik rohani setiap hari. Kelompok kedua, selalu diperdengarkan musik rock yang keras. Satu bulan kemudian, ketika tiba masa bertelur, ditemukan bahwa kelompok ayam pertama bertelur jauh lebih banyak dari kelompok kedua. Hal ini membuktikan bahwa ayam saja, membutuhkan kedamaian, apalagi manusia.
Masalah yang dihadapi oleh kaum muda sehingga menyebabkan hubungan dengan keluaraga, sesama dan bahkan dengan Tuhan menjadi rusak? Dan bagaimana mengatasinya.?
Masalah yang dihadapi oleh kaum muda sehingga menyebabkan hubungan dengan keluaraga, sesama dan bahkan dengan Tuhan menjadi rusak? Dan bagaimana mengatasinya.?
0 Response to "Keadilan dan Perdamaian dalam Keluarga"
Post a Comment