BIBLE AND NEW NORMAL
Ratapan 4:9-10; Ratapan 3:22-26
New Normal adalah Situasi yang harus
kita hadapi dan hidupi secara normal. Disatu sisi New normal di waspadai tetapi
dibutuhkan. Memang itu memperhitungkan segala sesuatu. Pertanyaan yang paling
mendasar adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan “normal”?, seandainya penderitaan,
sakit, kelaparan, kematian, tidak terjadi, itu normal atau tidak? Ini perlu
kita perhatikan agar kita dapat melihat maksud dan menemukan makna dan
batasan-batasan dari kata normal atau new normal tersebut.
Kalau kita perhatikan dalam Alkitab
kondisi manusia mula-mula dari pasal 1 dan 2 adalah kondisi yang normal, itu terlihat
tidak ada beban, tidak ada penyakit, tidak ada kematian. Tetapi ternyata
itu tidak berlangsung lama. Kejadian pasal 3 menunjukan manusia segera pindah
dari dunianya yang normal, langsung beralih kepada dunianya yang baru yang terbuka
dengan penderitaan, penyakit, bencana dan macam-macam persoalan lainnya.
Jadi persoalan apa yang di defenisikan
sebagai normal tergantung kepada perpektif kita memandanganya. Desain awalnya
sebetulanya tidak ada penderitaan dll, tetapi berubah menjadi seperti yang
normal inilah yang sejenis dengan new normal. Tentu dalam konteks yang kita
alami saat ini adalah, ada perubahan-perubahan terjadi akibat pandemic. Awalnya
kita bebas ke gereja, lalu harus dibatasi oleh karena kesehatan, orang yang
makannya tidak terlalu suka memilih sekarang mau makanpun harus milih-milih.
Keadaan ini betul-betul mengubah prilaku dan gaya hidup kita. Saudara, keadaan
ini tidak akan terasa jika itu hanya berlangsung 2-3 minggu. Tapi akan sangat
terasa karena keadaann ini akan berlangsung cukup lama, bahkan kita tidak tahu
kapan akan berakhir.
Jadi, yang dimaksudkan dengan new
normal (masa kita) adalah dulunya kita bebas melakuan segala sesuatu pada masa
sebelum pandemic, sekarang kita dibatasi. Kita juga harus ketahui bahwa New
normal dipilih tentunya untuk mengatasi banyak hal yakni, karena keadaan
ekonomi, sosial dll. Tetapi perlu diingat ketika new normal terjadi bukan
secara radikal kehidupan dimasa lampau akan berubah, kita akan tetap
mengerjakan, hidup, menjalani hari-hari kita seperti dahulu namun ada kesadaran
terhadap batas-batas dan tindakan tambahan yang harus dilakukan.
Mari kita lihat kisah dalam Alkitab. Kitab
ratapan adalah kitab yang jarang dibaca, tetapi orang Yahudi selalu membaca
ini, karena mereka tiap tahun merayakannya, mereka mengenang bencana yang hebat
yang pernah terjadi, dan bencana itu tidak hanya sekali terjadi. Bangsa Israel
merasakan pahitnya hidup ketika Babel menghancurkan bait Allah yang dibangun pada
jaman raja Salomo, yang dibanggakan oleh orang Israel. Tidak hanya itu bangsa
Isral juga menjadi tawanan bangsa Babel. Tetapi ada juga yang tinggal yakni
orang-orang Israel biasa dengan kondisi yang memprihatinkan. Bagaimana mereka
menjalani hari-hari semacam itu.
Persoalan penting yang dapat kita
soroti dari kisah mereka yakni persoalan
kelaparan. Dalam kitab Ratapan 4:9-10 ini adalah siatuasi yang sangat tidak
normal. Kalau kita bandingkan dengan wabah yang sekrang kita alami ini, tidak
ada apa-apanya disbanding kisah dalam ratapan tersebut. Pembacaan kita diatas, memperlihatkan
perempuan memasak kanak-kanak mereka untuk dijadikan makanan. Kita tidak dapat membayangkan,
ayat ini memperlihatkan keadaan yang nyata, bahwa betapa sulitnya hidup pada
waktu itu. Mereka harus memasak kanak-kanak mereka. Itu artinya rasa kemanusian
jadi merosot dan dikorbankan pada waktu itu. Kalau kita perhatikan memang kita
mengalami keadaan yang sangat sulit ini. Namun kita masih bisa memikirkan
bagaimana agar kita dapat makan. Tapi perhatikan baik-baik uniknya alkitab kita
memperlihatkan pada saat keadaan sulit yang mereka alami, pasal 3:22-23 mereka
tetap berkata Tuhan itu baik. Darimana muncul suara/ungkapan ini, kalau orang
tersebut tidak punya pengharapan? Saya perhatikan dalam konteks ini, mereka
bukan tidak meratapi situasi mereka, mereka sampai mati-matian meratap,
menangis karena situasi keadaan yang sangat berat yang mereka alami. Tetapi rupaya secerah sinarpun cukup
membuat mereka yakin hidup ini tidak sepenuhnya gelap. Ada Tuhan di balik
semuanya ini. Maka kalimat yang terlihat adalah Tuhan selalu baik tiap hari.
Kalau masih bisa bernafas sampai hari esok, puji Tuhan, Tuhan setia.
Dalam keadaan kita sekarang ini, kita
meyaksikan Keluarga kehilangan orang yang mereka kasihi. Belum lagi orang yang
meninggal adalah penopang dalam keluarga. Jadi coba kita perhatikan dalam
bacaan kita. Sekalipun gelap kenyataan hidup ini, namun kasih setia Tuhan tetap
dalam kehidupan kita. Dalam hal itulah kita dapat mengerti “kasih setia Tuhan
tetap ada”. Karena itu kita harus memiliki keberanian untuk menghadapi hidup
ini, dan berani menghadapi masa depan. Kita harus pahami hal ini dalam hidup
ini.
Kemudian Jika kita perhatikan kehidupan
para tokoh-tokoh alkitab, mereka juga menjalani lintasan hidup yang juga tidak
enak. Mereka beralih dari hidup yang lama kepada hidup yang baru. Memang semua
itu karena Panggilan Tuhan, tetapi memang manusia itu memiliki visi untuk
memperbaiki hidup. Kita perhatikan kisah
hidup Abraham, baru saja Tuhan berjanji akan memberkatinya, lalu di ayat sesudah
itu mulai terjadi kelaparan, akhirnya Abraham pergi ke Mesir untuk tinggal
sebagai orang asing, sebab hebat
kelaparan terjadi di negeri itu. Perhatikan baik-baik ketika alkitab
berkata “hebat kelaparan itu” artinya tidak ada makanan sama sekali. Itu
sebabnya Abraham mengungsi ke Mesir. Kalau kita pikirkan dengan sangat teliti,
kalau mau ke Mesir pake bahasa apa? Lalu untuk sampai ke Mesir harus melewati
gurun dengan jarak tempuh puluhan kilo meter, lalu harus berjalan kaki, berapa
orang yang meninggal ditengah jalan.
Kalau kita memikirkan hal ini kita akan
tersentak melihat rupaya memang Abraham ini orang yang beriman, tidak hanya
beriman tetapi bergerak, mencari solusi, rupaya di Mesir ada makanan mari
menunju kesana. Untuk mencapai kehidupan dalam normal baru. Tadinya baik
sekarang sudah tidak baik. Kita harus melintasi kesulitan-kesulitan, atau
batas-batas yang tidak wajar. Keadaan yang tidak normal dijadikan keadaan yang
normal baru.
Begitu Pula dengan bangsa Israel yang
ada di pembuangan harus berjuang untuk keluar dari keadaan sulit itu. Ayat yang sangat popular untuk orang yang
dibuang di Babel yaitu Yeremia 29:4-7 disini Yeremia adalah nabi yang benar-benar
memiliki visi yang jelas. Ia katakan jangan bayangkan sebentar lagi kamu akan
pulang, pada kehidupan sebelumnya. Tetapi hiduplah disana, bertahanlah disana,
dalam situasi normal baru ini. lakukanah apa yang bisa kamu lakukan, sampai
kapan pun itu. Jadi, lakukan, jalani hidupmu senormal mungkin. Dalam artian yang mau buka kebun, buka
kebunlah, yang mau menikah menikahlah. Kalau sudah ada rencana menika jangan
ditunda-tunda. Artinya mereka harus hidup dan bertahan dalam keadaan yang tidak
menyenangkan dan berusaha membuat itu semua menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Mari kita lihat dalam Mazmur 137 bangsa
itu menangis kalau mengingat Sion, Karena tidak bisa pulang, mereka harus
mendirikan tempat ibadah dan beribadah di negeri asing. Dulu mempersembahkan korban
sekarang mempersembahkan doa. Kalau dulu tidak bisa bersama-sama menghadap bait
suci, sekarang mereka bertemu dengan Tuhan dengan membaca kitab suci atau
mendengarkan Firmannya. Jadi sebagai anak-anak Tuhan kita harus memikirkan
bahwa dalam sitasi normal baru kita harus menciptakan peluang-peluang baru
dalam menjalani hidup ini dengan tetap memiliki orientasi spiritual yang tidak
terikat pada rutinitas. Itulah yang nampak
dalam Perjanjian lama.
Lalu kita lihat dalam perjanjian baru,
pada saat Yesus terangkat ke sorga murid-murid harus menghadapi situasi normal
baru tidak ada guru. Sebelumnya mereka aman-aman saja karena ada Yesus. Sekarang
mereka harus menikmati normal baru untuk mendefiniskan bagaimana komunitas
mereka menemukan cara dalam situasi dalam normal yang baru. Dan yang paling
penting yang membuat mereka yakin dan bernai mengahadapi berbagai hal karena
ada Tuhan yang menyertai mereka. Itulah panggilan kita. kita dipanggil untuk
merangkul untuk menghadirkan Shalom ditengah-tengah bangsa kita. Amin.
Soli Deo Gloria.
Tuhan Yesus memberkati
Komentar terhadap ayat Ratapan ndak ddikomentari?
ReplyDeleteterimakasih pak sudah membaca,.secara saya tidak bahas secara detail dengan teks dalam ratapan saya hanya memunculkan penjelsan sedikit saja mengarahkan terhadap keadaan penderitaan yang terjadi pada waktu itu.
Delete