BAPTISAN

 

Baptisan

BAB I

PENDAHULUAN

Gereja-gereja protestan mengenal dua sakramen yaitu sakramen perjamuan kudus dan sakramen baptisan.  Dalam paper ini penulis membahas khusunya sakramen baptisan.  Sakramen baptisan dilaksanakan sebagai tanda penerimaan dalam jemaat dan itu terjadi hanya satu kali.  Dalam skramen baptisan, ini menjadi tanda dan materai atau cap yang nyata dari Tuhan Yesus.  Baptisan air adalah upacara masuk dalam kekristenan.  Tujuan Allah adalah bahwa semua umat-Nya akan menerima berkat-berkat perjanjian baru, pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus dan menerima baptisan air itu sebagai tanda dan materai dari berkat-berkat itu. 

Dalam makalah ini penulis akan memaparkan definisi, perbedaan baptisan, baptisan Yohanes dan baptisan Roh,  serta Tujuan baptisan.


BAB II

BAPTISAN

 

A.     Definisi Baptisan

Henri mengatakan :

Baptisan adalah tenggelam dan bangun kembali sebagai manusia baru. Dari hidup baru ini air mempunyai makna yaitu air melambangkan air hidup Allah (Yoh 4:1-42). Hidup berarti air yang mengalir kerenanya sehat. Air hidup membuat sehat dan bergairah. Jadi air baptisan memiliki makna yaitu melambangkan kekuatan dosa dan kejahatan dimana hidup kita dapat tenggelam dan kekuatan Allah yang menghidupkan.[1]

 

Pandangan Henri menekankan bahwa ketika dibaptis, ditenggelamkan itu berarti kita bangun kembali sebagai manusia baru. Air hidup adalah Allah sendiri yang senantiasa memberikan kita kehidupan, karena kita telah menjadi milik kepunyaan Allah. Soedarmo mengatakan dari babtisan kita dapat membedakan tanda dan yang ditandai.  Tanda dan materai dari baptisan tersebut pempunyai dua arti yaitu:[2] Pertama  air mempunyai sifat membersikan kotoran dari badan, maka patut sekali untuk menandakan pembersihan dosa kita, sehingga yang najis menjadi suci karena dibersikan oleh darah Tuhan Yesus Kristus. Kedua air memungkin segala sesuatu dapat hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun binatang atau pun manusia.  Semua yang hidup pasti memerlukan air. Jadi, sebagaimana air bisa membersihkan badan demikian pulalah kita dibersikan oleh darah Kristus dari kenajisan dan diberi hidup yang baru oleh Kristus yang telah menanggung kesengsaraan dan kematian itu. Akan tetapi syarat yang harus ada adalah Iman. Tong juga memberikan pengertian bahwa babtisan adalah sebuah tanda atau lambang atau simbol yang membawa pesan. menyebutkannya sebagai perkataan Allah yang kelihatan.[3]

 

B. Baptisan Yohanes dan baptisan Roh Kudus

Istilah baptisan Roh Kudus tidak banyak muncul di seluruh Alkitab.  Dalam surat Paulus hanya satu kali ia menyinggung tentang babtisan Roh Kudus dalam 1 kor 12:13.  Selain dari pada itu ada lima kitab lain yang mencatat istilah babtisan Roh Kudus yaitu Matius 3:11; Markus 1:8; Lukas 3:16; Yohanes 1:33; dan Kisah Para Rasul 1:5. Dari kelima kitab ini hanya mencatat satu kali tentang baptisan Roh Kudus.[4] Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa ternyata dalam Alkitab istilah baptisan Roh Kudus hanya muncul tujuh kali.  Tong mengatakan dalam keempat injil tersebut pemunculan istilah baptisan Roh Kudus sebenarnya hanya 1 kali (didalam satu peristiwa yang diucapkan oleh Yohanes Pembaptis dan dikutip dalam keempat injil.  Dan dalam keempat ayat tersebut baptisan memiliki tiga macam yaitu Baptisan Air, baptisan Roh Kudus dan baptisan api.[5]           Dalam injil Yohanes ia disebut Yohanes pembaptis, karena ia membaptis dengan air.  Perbedaannya dengan Yesus adalah bahwa Yesus memang membaptiskan, namun Yesus tidak membaptis dengan air tetapi Ia membaptis dengan Roh Kudus (Yoh 1:19-34).  Soedarmo mendefenisikan bahwa yang dimaksudkan dengan baptisan Roh Kudus ialah seseorang yang digerakan oleh Roh Kudus sedemikian rupa hingga ia dapat berdoa berbicara dan berbuat hal-hal lain dengan luar biasa.[6]

Tong berpendapat bahwa Yohanes membaptis dengan air sebagai lambang pertobatan.[7]  Maksudnya adalah ketika kita dibaptis dengan air, itu tidak berarti dapat membersihkan kita.  Air hanya menjadi lambang pertobatan, air bukan substansi keselamatan.  Oleh karena itu baptisan tidak dapat menyelamatkan dan baptisan juga tidak dapat disamakan dengan kelahiran kembali. Roh kudus yang dapat membersikan dosa, membersihkan hati kita.  Jadi sungguh merupakan realita ketika Yesus membaptis kita, mengampuni, dan membersihkan kita dari dosa melalui karya Roh Kudus.[8]  Dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang ingin menyongsong dalam kerajaan sorga, harus mengaku dosa dan dibaptiskan.  Inilah makna dari pada ungkapan bahwa Yohanes membaptis dengan air dan Yesus membaptis dengan Roh Kudus. Baptisan Roh kudus berarti mempersatukan kita dengan tubuh Kristus.[9] Yesus membaptis dengan Roh kudus supaya kita masuk dalam satu tubuh dalam Kristus Yesus. 

Jhon mengatakan baptisan air adalah upacara terbuka bagi awal pemasukan kedalam Kristus.[10] Upacara yang dimaksudkan adalah secara jelas menandai penyucian dosa (Kis 22:16).  Jhon mengutip dalam 1 Korintus 12:13 memberikan penegasan bahwa dibaptis dengan Roh bersifat awal masuknya kedalam Kristus. Dan baptisan Roh dalam ayat tersebut sama sekali bukan faktor yang memisahkan, tetapi faktor yang menyatukan.[11] Dalam hal ini Penulis menyimpulkan bahwa tidak ada perbadaan antara yang satu dengan yang lain karena kita telah dibaptis dalam satu Roh, dibaptis didalam nama Yesus Kristus (Gal 3:26-28).

 

C. Pandangan yang berbeda tentang baptisan Anak dan dewasa

       Salah satu penyebab perpecahan gereja yang sangat menyedihkan adalah berkenan dengan subyek baptisan. Tong mengatakan dalam bukunya bahwa golongan Baptis melihat hal ini sebagai golongan non-baptisan (sebab anak atau bayi-bayi belum bisa memberikan pengakuan iman yang dituntut) dan juga menurut mereka bahwa baptisan anak-anak ini sesungguhnya tidak menurut para rasul dan juga tidak bijaksana secara pastoral.[12]  Dari pandangan diatas jelas bahwa kaum Baptis mengatakan bahwa mereka tidak mengakui baptisan anak oleh karena anak belum mengerti, mereka mengakui baptisan selam oleh orang dewasa.

       Dalam hal inipun sebagian orang lain melawan pandangan Baptis, mereka mengakui babtisan percik yang dilaksanakan dalam gereja.  Kemudian Penulis melihat juga bahwa dalam Alkitab memang tidak satupun mengatakan tentang babtisan anak-anak.  Hanya saja berbicara tentang baptisan itu harus dilakukan oleh setiap orang Kristen atau orang yang telah percaya kepada Kristus.  Sekalipun dalam kitab suci tidak ada satu ayat pun yang menunjukkan dengan jelas bahwa ada anak yang dibaptis. Namun dalam kitab perjanjian baru menunjukan bahwa ada orang-orang yang dibaptis dan seisi rumahnya (Kis 11:14;16:15,24,31;18:8). Kata dalam Alkitab yang mengatakan bahwa “seisi rumah” mencakup juga anak-anak bahkan para budak-budak yang memiliki keluarga.[13]  Dalam pelaksanaan baptisan seharusnya itu tidak dapat dijadikan sebagai cela untuk terjadinya perselisihan, baptisan hanya merupakan tanda dan babtisan dapat menuntun kepada pertobatan, dan perlu dipahami bahwa baptisan tidak menyelamatkan yang menyelamatkan adalah ketika percaya kepada Yesus Kristus.

 

D. Bentuk-Bentuk Babtisan : Selam, Siram atau Percik

            Dari ketiga bentuk ini manakah baptisan yang sah, alkitabiah dan menyelamatkan?.

Ebenhaizer mengatakan:

kita melihat dalam perjanjian baru, matius 28:19 “baptislah mereka dalam nama bapa anak dan Roh kudus. Kedua Kisah Para rasul 8:13 dibaptis didalam nama Yesus. Dalam ayat ayat tersebut kata baptisan diterjemahkan “menyelamkan dalam dan selanjutnya keseluruhannya diartikan  begitu juga dalam matius  28:19. “selamkanlah mereka dalam nama Bapa anak dan Roh kudus, semntara dalam kisah para rasul 8:16, diselamkan dalam nama Tuhan Yesus.  Jadi babtisan yang sesunggu hnya ialah diselamkan dalam nama Tuhan Yesus.[14]Jika

 

Semua bentuk baptisan selam, siram ataupun percik dapat kita sebut sah dan Alkitabiah. Ini dikarenakan keabsahan sebuah baptisan tidak terletak pada pencelupan atau pemercikan dalam air .  yang penting adalah pencelupan dalam nama Tuhan Yesus. Air dan baptisan bukan juruselamat dunia. Tetapi yang menjadi juruselamat dunia adalah Yesus Kristus.[15]

Donald Guthrie mengatakan ada tiga segi baptisan yang perlu diperhatikan:[16] Pertama Baptisan yang dilakukan oleh Yohanes dan hubungan dengan Yesus Kristus sendiri. Dalam agama Yahudi orang melakukan pembaptisan sebagai tanda bagi orang-orang bukan Yahudi yang ingin memeluk agama Yahudi.  Baptisan Yohanes digambarakan sebagai “Pertobatan“ untuk pengampunan dosa (Markus 1:4 ;Luk 3:3).   Kedua Baptisan yang dilakukan oleh Yesus melalui murid-muridNya. Artinya bahwa Yesus tetap membaptis hanya saja perbedaannya dengan Yohanes adalah Yohanes membaptis dengan air sedangkan Yesus mempaptis dengan Roh.  Ketiga amanat kepada murid-murid Yesus untuk membaptiskan. Yesus memberikan perintah bahwa setiap yang telah dibaptiskan dinyatakan sebagai murid.

 

E. Tujuan baptisan

            Jhon mengatakan bahwa tujuan dari baptisan ini adalah supaya semua umatNya menerima berkat-berkat perjanjian baru yaitu pengampunan dosa dan karunia Roh dan menerima baptisan itu sebagai tanda dan materai dari berkat-berkat itu. Dia juga menambahkan bahwa orang yang dibaptis harus mengalami kelanjutan dipenuhi dengan Roh sehingga hidup dalam kekudusan dan hidup dalam keberanian.[17] Tong mengatakan dalam bukunya tanpa dibaptis kitapun bisa bertobat. 

            Tong memberikan pandangan tentang hubungan baptisan dan pertobatan.[18] Pertama baptisan menuntut pertobatan. Baptisan bukan hanya menunjukkan karya keselamatan Allah dalam diri kita, tetapi juga menandai masuknya kedalam hidup yang baru melalui pertobatan pada Allah dan iman kepada Yesus Kristus (Kis 20:21) yaitu melalui pertobatan.Kedua baptisan membentuk pertobatan.  Menjadi orang kristen berarti menerima kematian bersama Kristus dibasuh melalui Kristus dan bersama Kristus yang bangkit dan pertobatan yang sesungguhnya harus menjadi respon yang sesungguhnya kepada Allah. Ketiga baptisan menguji pertobatan.

            Dalam kitab Galatia mengatakan bahwa sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman didalam Yesus Kristus.  Karena kamu semua yang dibaptis dalam Yesus Kristus, telah mengenakan Kristus.  Dan dalam hal tidak ada orang Yahudi, orang Yunani, tidak ada lagi hamba, orang merdeka, laki-laki, perempuan karena semua adalah satu dalam Kristus Yesus (Gal 3:26-28). Dalam ayat tersebut penulis menyimpulkan bahwa dengan percaya dan dibaptis didalam Kristus kita menjadi satu. Artinya adalah bahwa tidak ada lagi membeda-bedakan dirinya dengan orang lain karena kita telah percaya dan dibaptis dalam Kristus. Inilah tujuannya bahwa kita dibaptis untuk menjadi satu dalam Kristus.


BAB III

KESIMPULAN

 

            Fakta menunjukan bahwa baptisan roh adalah sama dengan karunia Roh Berkat-berkat berkaitan dengan baptisan Calon untuk babtisan.  Jika dilihat dari pemamaparan yang penulis sudah uraikan dapat disimpulkan bahwa ada banyak gereja-gereja pecah disebabkan perbedaan tentang baptisan.  Seharusnya orang percaya lebih sungguh lagi memahami kebenaran Firman Tuhan.  Supaya perintah dan doktrin yang tertulis dalam Alkitab dapat dipahami dan dimengerti sehingga itu yang dilakukan.  Allah menghendaki supaya setiap orang yang dibaptis adalah murid dan juga setiap yang telah dibaptis menjadi satu dengan Kristus dan tidak membeda-bedakan antara suku, ras, dan budaya masing-masing.

            Konsep yang berbeda terhadap cara yang digunakan dalam melaksanakan babtisan  seperti percik dan selam, ataupun siram, seharusnya itu tidak menjadi bahan untuk diperdebatkan.  Seharusnya gereja harus menjadi satu oleh karena semua telah dibabtis dalam nama Bapa Anak dan Roh Kudus.  Dan perlu dipahami bahwa baptisan adalah lambang atau cap atau materai dari Allah kita menjadi milik kepunyaan Allah.

Tuhan Yesus Memberkati..

 

 

Daftar Pustaka

                [1] Henri  Veldhuis, Kutahu yang kupercaya, (jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010), 247

                [2] R.Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),238

                [3] Stephen Tong, Kristen Sejati (Jakarta :Momentum,2004),6

                [4] Stephen Tong, Baptisan dan karunia roh kudus, (Surabaya: Momentum , 2009),29

                [5] Ibid..., 30

                [6] Ibid..., Ikhtisar dogma, 242

                [7] Ibid..., 30

                [8] Ibid...,30-31

                [9] Ibid...,36

                [10] Jhon Stott, Baptisan dan kepenuhan (Jakarta : YKBK, 1999),43.

                [11] Ibid..., Baptisan dan kepenuhan, 46-47.

                [12] Ibid...,Iman Kristen, 37

                [13] Harun Inilah Sahadatku (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2010),167-169

                [14] Ebenhaizar I Nuban Timo, Aku memahami apa yang kuimani (Jakarta: BPK Gunung                          Mulia, 2009),136

                [15] Ibid.., 136

                [16] Donald Guthrie, Teologi PB 3, (jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019),40-42

                [17] Ibid...,babtisan dan kepenuhan, 52.

                [18] Stephen Tong, Kristen sejati vol 2 babtisan dan pertobatan, (Jakarta:momentum, 2004),15-16.

0 Response to "BAPTISAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel