Hamba yang baik dan setia

Hamba yang baik dan setia

Shalom, apa kabar semuanya, semoga kita baik-baik saja. Hari ini saya akan berbagi satu refklesi rohani mengenai "hamba yang baik dan setia"

Matius 25:14-30

Perikop ini merupakan bagian dari khotbah Yesus tentang “akhir zaman”. Kurang lebih ada sembilan perikop topik tentang akhir zaman dalam dua pasal ini (Mat.24-25). Di pasal 25 ini kita akan fokus pada perikop penggambaran tentang talenta. Yesus memulai dengan penggambaran Kerajaan sorga seperti seorang yang berpergian ke luar negeri, memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan talenta kepada mereka. Kita melihat ada yang dipercayakan lima talenta, seorang lagi dua telenta dan yang terakhir adalah satu talenta. 

Alkitab mencatat bahwa setiap mereka dipercayakan sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Sesudah itu pergilah tuannya. Untuk menjelaskan kepergian tuannya ini merupakan hal yang sangat penting. Mengapa, karena sesudah mempercayakan talenta kepada mereka masing-masing, tuan itu pergi keluar negeri, itu adalah tanda bahwa sesudah kepergiannya ia akan datang kembali. Dan kedatangannya kembali tentu tidak dapat diduga. Maka sangat penting untuk direnungkan. Sebab apabila ia sudah datang ia akan meminta pertanggunganjawab terhadap hamba-hamba yang telah dipercayakan talenta itu. Demikian ketiga hamba tersebut pergi dan mengerjakan, menjalankan yang diberikan kepada mereka masing-masing. 

Sebetulnya apakah yang dimaksudkan dengan talenta itu? Beberapa penafsir mengatakan bahwa talenta itu adalah uang. Namun kebanyakan mengatakan itu berbicara tentang berbagai karunia-karunia dari Allah. Kalau begitu karunia seperti apakah yang dimaksudkan. Saya melihat dan menemukan bahwa berbicara karunia Allah sangatlah banyak. Beberapa penggambaran karunia yang saya berikan seperti; kesempatan, waktu, kepandaian, daya ingat, pendidikan, kesehatan, kekayaan, pengaruh jabatan, bakat, suara yang bagus, pandai bergaul, dan penuh dengan Roh Kudus. Semua ini diberikan dan diercayakan oleh Allah kepada manusia. Persoalannya adalah apakah setiap karuniaNya ini sudah dipakai untuk memuliakan Allah atau tidak.

Mari kita analisa ketiga hamba tersebut. Hamba pertama yang dipercayakan oleh tuan dengan lima talenta pergi dan menjalankan talenta itu dan mendapatkan untung didalammnya. Demikian hamba yang kedua sesudah dipercayakan dan mendapatkan untung di dalammnya. Lalu hamba yang ketiga pergi namun menguburkan uang itu kedalam tanah. 

Pada ayat 19 disitulah mulai terjadinya perhitungan sesudah tuannya pulang. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan membawa hasilnya kepada tuannya. Maka terdengarlah satu pujian kepada hamba pertama ini yakni “baik sekali perbuatammu hai hambaku yang baik dan setia”. Demikian halnya kepada hamba yang kedua pujian yang sama diberikan kepadannya selayaknya kepada hamba yang pertama. Sekarang mari kita analisa pujian dari sang tuan itu. Isi pujian tersebut sang tuan tidak memuji keberhasilan, kesuksesan, dan prestasi dan hasil yang dikerjakan. Tetapi ia memuji mereka karena kedua hamba tersebut menjadi hamba yang baik dan setia. 

Coba perhatikan dibagian awal saya memperlihatkan kepergian tuan tersebut. Kepergian tuannya ini menyadarkan kedua hamba tersebut bahwa apa yang telah dipercayakannya harus dipertanggungjawabkan dan dikembalikan kepada sang tuan pemilik talenta yang telah mempercayakan. Secara sederhananya begini, ketika hamba menerima talenta itu, ia mengerjakannya dan hasilnya dia kembalikan untuk kemuliaan tuannya itu. Maka jika kita menggambarkan dan mengaplikasikan dalam hidup kita. Dari berbagai macam anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Semua itu haruslah kita pakai untuk memuliakan namaNya. Dan itulah yang terlihat dari kedua hamba tersebut. Dan saya mau katakan bahwa setiap orang yang menggunakan talentanya dengan baik, pasti hidunya akan diberkati Tuhan.

Berbeda dengan hamba yang ketiga. Ia tetap pergi artinya ia bekerja, masalahnya adalah bahwa yang dikerjakannya itu adalah untuk kepentingan, dan keselamatan dirinya sendiri. Ia tidak memikirkan tuan yang mempercayakannya. Maka jangan heran ketika tuannya meminta pertangangan jawab namun tidak ada sama sekali. Disitulah akan terdengar hentakkan suara lantang bekata hai hamba yang jahat dan malas dan ini adalah kotras dari kata baik dan setia. Saudara ini bukanlah pujian tetapi kemarahan atas tidak bertanggagungjawabnya hamba tersebut dan hanya mengerjakan untuk kepentingan dirinya sendiri. 

Maka, dengan tegas saya katakan bahwa calakalah orang yang diberikan berbagai macam anugerah, talenta, bakat, apapun itu, namun tidak dipakai untuk memuliakan nama Tuhan melainkan untuk kepentingan dirinya sendiri.

Sebagai penutup, sekarang kita bisa saja memberikan berbagai macam alasan kepada orang di sekitar kita (pendeta, penginjil, majelis, pengurus, dan orang kristen yang lain) untuk tidak melakukan apa-apa bagi Tuhan, dan kita mungkin bisa mengelabui orang orang itu dengan alasan alasan. Tetapi pada akhir jaman, saudara tidak akan bisa mengelabui Tuhan dengan menggunakan alasan alasan itu! Karena itu, jangan membiasakan diri dengan segala macam alasan, bertobatlah dari segala kemalasan, dan mulailah menggunakan ‘talenta’ yang ada pada saudara demi kemuliaan Tuhan. Amin

Tuhan Memberkati






0 Response to " Hamba yang baik dan setia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel