SYARAT MENGIKUT YESUS

Mengikut Yesus

Markus 8:34-38

Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang teks yang akan dibahas, Penulis akan menjelaskan secara singkat latar belakang dari Injil Markus ini. 

1.Injil Markus ditulis oleh Markus sendiri pada tahun 55-65 M

2.Markus menuliskan surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen non-Yahudi.

3.Markus menulis surat ini dengan tujuan:

a.Untuk memperkuat dasar-dasar iman orang-orang percaya di Roma

b.Memotivasi orang-orang non-Yahudi untuk dengan setia menderita dengan Injil dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, kematian, penderitaan serta kebangkitan Yesus Tuhan kita.

Dari teks yang sudah kita baca di atas saya beri judul, sama dengan perikop yang diberikan oleh Lembaga Alkitab Indonesia yakni “Syarat Untuk Mengikut Yesus”. Disini Yesus berkata kepada banyak orang dan para murid bahwa barangsiapa yang mau mengikut Yesus, ia harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia. 

Dari pernyataan tersebut, pertanyaan penting untuk direnungkan bersama-sama yaitu apa syarat dalam mengikut Yesus?

Ayat 34: “Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Menyangkan Diri

Menyangkal dalam bahasa Yunani memiliki arti meyangkal, tidak mengindahkan, menolak, menjadi mati atau yang berarti tidak memberi respon. Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, menyangkal diri artinya hidup dalam penyangkalan diri, mematikan keinginan tubuh dan membenci dunia.

Menyangkal diri dalam teks ini maksudnya adalah mendahulukan kepentingan Tuhan diatas kepentingan pribadi. Artinya dalam hubungannya dengan diri sendiri harus bersikap menurunkan tahta dirinya secara sempurna sehingga hidupnya hanya berpusat pada Kristus. 

Menyangkal diri juga berarti mengosongkan diri sama seperti Yesus yang telah mengosongkan diriNya menjadi serupa dengan manusia. Ia tidak mengganggap kesetaraanNya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Tetapi Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati bahakan mati diatas kayu salib (Flp 2:7). Maka, sebagai orang percaya yang pengikut Yesus, kita juga harus seperti Yesus yang mengosongkan diri. Bila di terapkan dalam kehidupan kita arti mengosongkan  diri dalam hal ini, apabila kita memiliki sesuatu yang dapat kita banggakan dalam hidup ini, maka jangan pernah membanggakan hal itu, tetapi bersyukurlah karena semuanya itu berasal dari Dia. Pakailah itu sebagai alat untuk melayani Allah, dan jangan mempertahankan itu hanya untuk kepentingan diri sendiri. Setiap orang kristen harus memiliki sikap rendah hati. Dan untuk memiliki hal itu, maka yang harus kita lakukan adalah siap rela dan mau menyangkal diri. 

Memikul Salib

Kata Memikul dalam bahasa Yunani berarti mengangkat, membawa, Dan Salib disini merupakan lambang penderitaan (1 Ptr 2:21). Bagi Yesus memikul salib bukanlah suatu pekerjaan yang ringan. Itulah sebabnya Dia menjerit di taman Getsemani: “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Mat 26:39). Kendati berat, pedih dan ngeri, namun Yesus sudah siap dan rela menanggung dan memikul salib itu. Sebab salib yang dipikul oleh Yesus menunjukan penderitaan (1 Ptr 2:21), kematian (Kis 10:39), kehinaan (Ibr 12:2), cemoohan (Mat 27:39) dan penolakan (1 Ptr 2:4).  Namun karena Dia tahu bahwa di balik penderitaan ada kemenangan dan hidup kekal. Dalam hal ini, Yesus menunjukan dalam ajaran dan hidupNya bahwa seringkali sukacita tersembunyi dibalik penderitaan dan kesedihan kita. 

Kita juga sebagai orang percaya akan turut merasakan penderitaan yang telah dialami oleh Yesus yaitu memikul salib. Jadi, salib yang kita pikul ada tiga yaitu 1. Kita akan mengalami penderitaan dalam perjuangan seumur hidup untuk melawan dosa dengan menyalibkan semua keinginan yang berdosa (Gal 2:20), 2. Kita akan menderita dalam peperangan terhadap iblis dan kuasa-kuasa kegelapan sewaktu kita memberitakan kabar baik (2 Kor 10:4-5) dan 3. Kita akan menangung kebencian dan ejekan dari dunia tatkalah kita menyatakan kejahatan setiap orang yang tidak hidup didalam Kristus (Yoh 15:18-25). 

Jadi sebagai orang percaya kita harus memikul salib sendiri. Tetapi harus diingat bahwa tidak semua penderitaan yang dialami merupakan penderitaan dari lambang salib. Penderitaan karena kesalahan dan dosa bukan salib melainkan hukuman. 

Salib adalah penderitaan yang kita alami karena nama Yesus, karena Injil, karena menyatakan kebenaran Allah dan oleh karena iman. Salib adalah: “Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat” (Luk 6:22). 

Salib yang kita pikul adalah kerelaan kita menderita, dibenci, dikucilkan, ditolak dan disebut orang jahat karena Anak Manusia atau karena menyatakan iman.

Ayat 35: “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya”.

Dalam ayat ini, ada dua istilah nyawa yaitu (1) menyelamatkan nyawanya, merupakan suatu sikap atau tindakan yang mengacu kepada usaha untuk mempertahankan hidup jasmani dari kematian. (2) kehilangan nyawanya, merupakan suatu tindakan pengabdian kepada Allah sehingga memperoleh hidup yang sejati. Orang seperti ini akan menemukan bahwa kematian adalah suatu keuntungan (Flp 1:21).

Sebagai orang percaya kita tidak boleh takut kehilangan nyawa kita, tetapi harus menyerahkannya kepada Kristus. Sebab barangsiapa yang meyelamatkan nyawanya, dengan menolak Kristus dan tidak mau datang kepadaNya atau menolak kembali dan menyangkal Kristus setelah menerimaNya akan kehilangan nyawanya, kehilangan kenikmatan hidup jasmaninya, kehilangan akar dari sumber kehidupan rohaninya dan semua harapan akan kehidupan yang kekal. Tetapi barangsiapa yang mau kehilangan nyawanya yang sungguh-sungguh bersedia kehilangan nyawanya maka ia akan mendapatkannya. Dengan tidak menyangkal Kristus, orang demikian akan menyerahkan nyawanya ketika ia tidak mampu menjaganya, sehingga dengan demikian ia mneyelamatkannya. Tanpa ragu lagi ia akan menjadi seorang pemenang, karena dengan kehilangan nyawanya dapat membuatnya mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 

Ayat 38: “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."

Dari ayat ini saya menyimpulkan bahwa setiap orang percaya haruslah mempunyai sikap yang berani dan setia dan tidak malu-malu dalam memberitakan keberanan Injil dan menjadikan Kristus sebagai prioritas dalam kehidupan kita. Sebab sikap malu berarti menyangkal Kristus pada saat-saat pencobaan dan tidak dengan mutlak mengakui Yesus walaupun dalam resiko mati. Malu berarti berdiri bersama-sama ditengah-tengah angkatan yang tidak setia dan yang juga berarti bahwa tidak bersama-sama dengan Kristus. Tidak setia berarti secara rohani melukiskan orang-orang yang tidak setia kepada Allah. 

Ada banyak orang yang walaupun sepenuhnya mengakui bahwa tujuan mengikuti Yesus itu adalah benar, namun tetap merasa malu apabila mendengar adanya celaan yang timbul akibat hubungannya dengan Yesus. Mereka malu untuk memuji FirmanNya didepan orang banyak. Mereka tidak tahan ditentang, diremehkan atau dikucilkan, sehingga melepaskan iman kepercayaan mereka dan mengikuti arus penyangkalan iman itu. Tetapi saya yakin bahwa kita yang ada ditempat ini tidak ada memiliki sikap yang demikian karena kita adalah hamba-hambaNya, teman sekerjanya Allah untuk memberitakan kebenaran FirmanNya. 

Dari awal kita sudah merenungkan kebenaran Firman Tuhan ini, bahwa setiap orang mempunyai salibnya sendiri, karena kita mempunyai persoalan dan masalah sendiri-sendiri. Yesus mengajarkan bahwa jika mau mengikut Dia, maka kita harus menyangkal diri, memikul salib, rela menderita dan berani bahkan siap kehilangan nyawanya demi pengabaran Injil. Syarat-syarat mengikut Tuhan tidaklah mudah tetapi apabila semuanya diserahkan kepadaNya maka penderitaan itu akan  berbuah sukacita. Sebab simbol salib bukan hanya sibol penderitaan tetapi sekaligus simbol kemenangan dan sukacita. Penderitaan yang dilami oleh setiap orang percaya memang tidak menjajikan bahwa kita akan menajdi orang hebat dan perkasa. Namun, melalui penderitaan itu, iman kita akan dikuatkan, penguasaan diri, persekutuan yang erat dan kasih kita kepada Tuhan akan semakin erat. Paulus menambahkan, jika kita semakin matang secara rohani, kita akan mendapat buah roh. Ia mengatakan bahwa: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20). 

Mengakhiri tulisan ini saya mengutip ucapan Yakobus, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun” (Yak 1:2-4). 

Sebagai pengikut Kristus, hamba Kristus dan teman sekerja Kristus, kita harus siap dan rela melakukan dan megikuti apa yang dikehendaki oleh Allah bagi kita. Amin

TUHAN YESUS MEMBERKATI


0 Response to "SYARAT MENGIKUT YESUS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel