CINTA UANG
By: Johnson Siahaan
Note: Tulisan berikut ini bukan tentang uang melainkan tentang cinta uang.
Dunia cenderung mengajarkan: carilah uang sebanyak-banyaknya, supaya kau bisa membantu orang miskin.
Sesungguhnya, perkataan itu adalah tipu-tipu, menunjukkan egoism, serta adanya kesombongan yang coba disembunyikan. Katakanlah hal itu terjadi: sesudah kaya, maka dia menyumbang orang miskin kesana kemari. Tetapi apa sesungguhnya yang terjadi? Apa yang dia harapkan secara terselubung? Yang dia harapkan adalah: dia ingin menjadi pahlawan, dia ingin dipuja-puji, dia ingin menjadi figur yang disanjung-sanjung. Dia akan tampil di berbagai kesempatan sebagai orang yang murah hati yang menolong orang-orang miskin. Itu sebenarnya maksud perkataannya itu.
Dari sudut pandang Alkitab, tidak dibutuhkan adanya tipu-tipu dan kemunafikan semacam itu.
Kalau mau membantu orang miskin, bantu saja, tidak usah pake-pake alasan memburu uanglah, nunggu kaya, dan sebagainya. Bantu saja dan ga usah ngomong-ngomong ke orang lain, tidak usah bikin iklan terselubung tentang kemurahan hatinya.
Membantu orang miskin (walaupun itu benar-benar dilakukan) tidak berguna sama sekali tatkala itu dilakukannya dengan menantang firman Tuhan yaitu menyangkal bahwa Tuhan tidak berkenan terhadap sifat cinta uang.
Jadi, kisah Robin Hood yang mencuri untuk membantu orang-orang miskin, hanya enak untuk ditonton saja, tetapi bukan perbuatan yang Alkitabiah, karena mencuri bertentangan dengan firman Tuhan.
Kalau ada orang berdoa misalnya: “jadikanlah aku kaya supaya aku bisa membagi-bagikannya kepada orang miskin” Itu adalah doa tipu-tipu, kesombongan dan ketamakan. Doakan saja misalnya: “jadikanlah orang miskin itu kaya”.
Biarkan orang miskin itu yang menjadi kaya sehingga tidak perlu kau bantu; tidak perlu kau yang menjadi kaya untuk membantu dia, supaya kemudian dia menyanjung-nyanjungmu.
Tentang cinta uang, firman Tuhan mengatakan begini:
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
(1 Timotius 6:10)
Membaca ayat ini perlu ekstra hati-hati. Firman Tuhan ini bukan berbicara tentang uang melainkan tentang cinta uang, Tuhan tidak menentang uang, melainkan cinta uang.
Memiliki uang tidak masalah, memiliki banyak uang pun tidak persoalan; yang menjadi masalah adalah cinta uang; yang menjurus ke masalah bukan uangnya melainkan cintanya.
Nah! Mari kita teliti 1 Timotius 6:10 di atas:
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Ini adalah firman Tuhan, sehingga mutlak benar. Orang mungkin akan berkata: kalau cinta uang itu bisa kita kendalikan, itu tidak akan menjadi kejahatan. Tetapi firman Tuhan tidak berbunyi “karena akar segala kejahatan adalah cinta uang yang tidak terkendali.” Tidak ada soal dikendalikan atau tidak dikendalikan. Manusia dengan segala kelemahannya tidak akan mampu mengendalikan jika cinta uang sudah merasuki dirinya. Banyak contoh untuk itu.
Jadi adalah keliru jika ada yang berpandangan bahwa cinta uang itu tidak apa-apa bahkan justru harus ada di dalam hati kita.
Note: jangan pernah lupa bahwa yang kita percakapkan disini adalah cinta, bukan uang.
Lalu, kalimat pada ayat di atas dilanjutkan begini: Sebab oleh memburu uanglah…dst.
Ini menunjukkan bahwa cinta uang selalu berlanjut dengan memburu uang. Jadi tidak mungkin cinta uang yes, tetapi memburu uang, no. Lha! Maccam mana ini? Cinta uang tetapi tidak memburu uang. Kalau tidak memburu uang tentu bukan cinta uang. Kan begitu? Cinta uang pasti melahirkan tindakan memburu uang.
Bekerja tentu saja tidak selalu dengan tujuan memburu uang. Bekerja lalu mendapat gaji, itu adalah konsekuensi logis. Setiap orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan. Itu adalah hubungan kausalitas, itu bukan soal memburu uang.
Memang, ada orang yang bekerja untuk memburu uang, ada pula bekerja bukan untuk memburu uang; keduanya sama-sama bekerja keras, dan keduanya sama-sama memperoleh uang.
Maka, jangan menjadi keliru bahwa kita tidak perlu bekerja. Bekerja harus, tetapi bekerja untuk memburu uang, salah.
Dua orang yang berbeda, bisa saja sama-sama bekerja keras atau sama kerasnya dalam bekerja, namun dengan motivasi atau dorongan yang berbeda. Yang satu bekerja untuk memburu uang, yang lain bekerja karena alasan berbeda misalnya menganggap bahwa dia bekerja itu adalah kehendak Tuhan atau alasan lain yang bukan disebabkan cinta uang. Tetapi keduanya sama di dalam melakukan proses bekerja tersebut.
Misalnya:
Si A melakukannya dengan alasan sebagai berikut:
Dia harus bekerja keras termasuk lembur jika diperlukan, karena Tuhan menghendakinya seperti itu, karena dia perlu menabung demi biaya sekolah anak-anak. Dan hal itu dilakukannya dengan wajar, dengan kendali penuh.
Si B melakukannya dengan alasan sebagai berikut:
Dia harus bekerja keras termasuk lembur sebisa mungkin, dan itu dilakukan dengan menyisihkan segala hal lain, tidak peduli anak-anak menanti-nantikannya di rumah, tidak perduli dengan adanya Partangiangan, dan tidak perlu ada waktu lagi untuk persekutuan pribadi dengan Tuhan. Dia tidak peduli dengan apapun yang lain selain daripada memburu uang. Uang, uang dan uang, itu yang mendorongnya untuk bekerja keras.
Nah! Kedua orang tersebut, bekerja sama kerasnya, tetapi motif berbeda. Yang satu motif cinta uang, yang lain motif bahwa Tuhan menempatkannya di dunia ini untuk melakukan pekerjaan itu dan Tuhan menghendaki dia harus bekerja keras.
Orang kadang berkata: Kalau begitu kita tak perlu bekerja keras.
Siapa bilang?
Paulus adalah seorang pekerja keras. Dia seorang pembuat kemah, karena dia harus membiayai hidupnya. Dia tidak mau menerima uang dari jemaat yang dia injili, maka dia bekerja sendiri. Dan dia pasti bekerja sangat keras untuk itu. Tetapi dia tidak cinta uang.
Ishak juga adalah pekerja keras; bolak balik dia menggali sumur untuk keperluan hidupnya dan keperluan pertumbuhan perkembangan ternaknya, dan dia sangat kaya, tetapi dia tidak cinta uang.
Para tokoh Alkitab pasti adalah pekerja-pekerja keras.
Orang Kristen harus menjadi pekerja keras, tetapi bukan dengan motivasi memburu uang.
Mengapa?
Karena Tuhan mengharuskan demikian. Tuhan tidak menghendaki anak-anak-Nya bermalas-malasan. Orang Kristen harus bekerja keras baik ketika dilihat atasan maupun ketika tidak dilihat. Orang Kristen harus datang ke kantor pada jam 8 dan pulang pada jam 4.30 bukan karena finger print, bukan karena takut dipotong tunjangan melainkan karena dia harus mempertanggungjawabkan kehadiran dan perbuatannya di hadapan Tuhan. Orang Kristen harus bekerja keras di bidangnya masing-masing, sekalipun untuk itu bisa saja dia tidak mendapatkan imbalan yang layak berupa uang atau promosi jabatan. Orang Kristen harus bekerja keras supaya tidak mempermalukan Tuhan di hadapan dunia ini.
Dan disitulah indahnya kerja kerasnya orang Kristen, yaitu dia berada dalam posisi merdeka: merdeka dari ikatan hasil (output/outcome) dari kerja kerasnya, merdeka dari segala bentuk penilaian duniawi. Penilaiannya adalah dari Tuhan.
Oleh karena itu, apapun argumen yang dibangun manusia tentang cinta uang dan memburu uang, firman Tuhan tidak akan terbantahkan:
For the love of money is a root of all kinds of evil, for which some have strayed from the faith in their greediness, and pierced themselves through with many sorrows.
(1 Timothy 6:10)
Dan sekali lagi saya ingatkan:
Kita bukan sedang berbicara tentang uang, melainkan tentang cinta uang. Tentang cinta-lah yang kita bicarakan ini, bukan tentang uang.
Semoga tidak gagal paham.
Haleluyah.
0 Response to "CINTA UANG"
Post a Comment