BERAPA LAMA LAGI TUHAN?

 


BERAPA LAMA LAGI TUHAN?

Mazmur 13:1-6

Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku? Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati, supaya musuhku jangan berkata: "Aku telah mengalahkan dia," dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah. Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.

 

Shalom, Bagaimana kabar kita semua? Semoga semua sehat-sehat saja. Bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena sampai hari ini Dia masih memberi kita kesempatan untuk menikmati hidup ini. Kesempatan kali ini Penulis akan membahas tema yaitu “Berapa Lama Lagi Tuhan?

Pemazmur memulai ratapan dengan pertanyaan “berapa lama lagi Tuhan?”.  Saudara tau, pertanyaan itu diulang hingga lima kali (lihat ayat 2-3). Dalam membaca Alkitab sesuatu yang diulang-ulang itu berarti sangatlah penting. Pengulangan itu menunjukkan betapa kuatnya perasaan pemazmur sebagai orang yang merasa ditinggal.  Mazmur ratapan ini, meminta, berdoa kepada Tuhan supaya perasaan ditinggal, atau keadaan kesendirian dalam kesedihan ini dapat segera berakhir.

Penulis melihat ungkapan yang sangat serius yang diperlihatkan teks Alkitab, bahwa pemazmur sangat menyadari betapa ditinggalkan, diabaikan, tidak dipedulian, tidak dianggap, bahkan sepertinya ia merasa dijauhi oleh semua orang, bukanlah keadaan yang menyenangkan. Tidak hanya itu, pemazmur diselimuti oleh rasa takut, kuatir sepanjang hari. Itu semua adalah sesuatu yang sangat tidak mengenakkan dan tidak dirindukan oleh siapa pun. Apalagi dengan ungkapan bahwa pemazmur merasa Tuhan melupakan dia. Apakah anda pernah merasakan pengalaman ini? apakah anda merasa ditinggalkan oleh orang yang anda kasihi? oleh orang yang mengasihi anda? Oleh orang yang dekat dengan anda? oleh orang yang dulunya akrab dengan anda?. Tidak enak bukan? Pasti sangatlah tidak mengenakkan.

Jadi, keadaan inilah yang dialami oleh pemazmur. Ia sangat sedih, Alkitab mencatat “ia bersedih hati sepanjang hari” (ayat 3b). Saudara, apakah pernah menonton film anjing Hachiko: a dog Story (1935)? Berawal ketika Prof Parker Wilson menemukan seekor anjing kecil di stasiun kereta api, di Amerika Serikat tempat ia biasa pergi dan pulang kerja. Ia membawa pulang anjing itu dan memberinya nama Hachiko. Parker dan istrinya merawat anjing itu hingga besar. Tiada hari yang dilewatkan Parker tanpa bermain dengan Hachiko. Suatu hari tanpa disadari Hachiko mengikuti tuannya berangkat kerja sampai di stasiun Kereta Api, dan sorenya lagi Hachiko datang menjemput tuannnya pulang kerja. Jadi Hachiko mengantar-menjemput tuannya. Dan sampai suatu hari Hachiko tidak menemukan tuannya. Karena Parker meninggal dunia karena serangan jantung. Singkat cerita, berulangkali Hachiko pergi ke stasiun berharap bertemu dengan Parker tuannya, ia duduk ditempat bundaran biasa, ia menunggu kepulangan tuannya, namun tidak kunjung datang. Anjing Hachiko pasti sangatlah sedih. Kesetiaan Hachiko bertahan hingga 10 tahun sesudah kematian tuannya. Sampai pada musim dingin Hachiko mati di tengah malam di bundaran tempat ia biasa menunggu tuannya.

Ditinggalkan bukanlah sesuatu yang mengenakkan. Apalagi kalau Tuhan yang meninggalkan kita. Tetapi coba kita renungkan apakah sebaliknya justru selama ini kitalah yang meninggalkan Tuhan!.

Melihat situasi dan kondisi kita sekarang ini, kita menyaksikan bersama, pandemi covid19 ini membuat dunia menderita. Kita tidak mengetahui sampai kapan ini berakhir. Banyak orang yang menderita, tidak bekerja, susah untuk mendapatkan makanan, melakukan sesuatu dihantui oleh rasa takut. Kita sedih dan menangis, ada yang meninggal tetapi tidak bisa dilihat, semua kegiatan bersama dibatasi. Kita mungkin bertanya kepada Tuhan. Berapa lama lagi Tuhan badai ini berlalu?. 

Melihat dari ayat 2-3 pemazmur mengungkapkan betapa sedihnya perasaan yang di alaminya. Tetapi kita melihat pemazmur tidak putus asa atas keadaan itu, di ayat 4 ia tetap meminta supaya Tuhan menjawab dia, menerima dia dan menyatakan kebaikanNya. “Buatlah mataku bercahaya supaya aku jangan tertidur dan mati. Ungkapan “mata bercahaya” dalam mazmur digunakan dalam hubungan dengan Firman Tuhan (Maz.19:9) matanya akan bercahaya. Saat pemazmur mengalami masalah matanya tidak bercahaya lagi artinya ia sudah tidak lagi memiliki gairah dan semangat untuk membaca Firman Tuhan dan melakukannya. Itu sebabnya ia memohon kepada Tuhan.

Kalau kita mengamati dengan teliti pemazmur tidak bertanya “mengapa” tetapi “berapa lama?” Pertanyaan mengapa menunjuk kepada kesalahan dan dosa yang menjadi sebab permulaannya. Tetapi pertanyaan berapa lama? Itu menyatakan keyakinan bahwa penderitaannya ada batasnya dan pasti akan berakhir. Itulah keyakinan pemazmur.

Ratapan “berapa lama” menyingkapkan dan menyadarkan pemazmur akan perbuatan Allah yang baik di masa lampau. Kasih setia Tuhan menjadi tempat sandaran pemazmur saat meratap. Apapun keadaannya ia percaya masalahnya akan berakhir. Dan jikalau Allah mendengar ratapannya, itu karena kasih setiaNya kepadanya. Karena itu berharaplah kepada Allah yang tidak pernah berubah. Berharap kepada kasih dan kesetiaan Tuhan. Kita belajar dari pemazmur, saat ada badai hidup, saat ada pergumulan, saat ia merasa kuatir, menangis, sedih sepanjang hari, pemazmur tidak melarikan diri. Ia tidak meninggalkan Tuhan. Inilah dinamika dalam kekristenan. Ada kesulitan tetapi tetap berdiam diri, berdoa dan berharap kapada Tuhan. Ia sadar Tuhan yang ia percayai adalah Tuhan yang penuh kasih. Tuhan itu baik.

Maka melalui tulisan singkat ini penulis mengajak kita semua, mari kita belajar dari pemazmur, yang membuat ia tetap bertahan dalam keadaan yang sulit, karena ia tahu dan pecaya ia punya Tuhan yang penuh kasih dan setia. Tuhan tidak akan meninggalkan orang yang berharap kepadaNya.

Amin

Soli Deo Gloria

0 Response to "BERAPA LAMA LAGI TUHAN?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel