Memahami Model Khotbah yang Integratif
Tulisan ini membahas tentang karya Anderson yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul integrative preaching. Di dalamnya ada beberapa bab yang membahas tentang integrative preaching, ia memberikan pemaparan yang sangat baik. Melalui Blog ini penulis akan memberikan ulasan setiap bab.
Memahami Model Khotbah yang Integratif
Sebuah
khotbah intergrasi di dalamnya menawarkan penyatuan terhadap elemen-elemen yang
telah terpisah. Dalam Yohanes 1:14 kita melihat Firman menjadi Daging. Untuk
menggambarkan integrasi, Anderson memakai gambaran logam untuk menjelaskannya.
Dimana koin terlihat dari dua sisi yang berbeda, namun berada dalam satu
kesatuan utuh. Gambaran itu juga dapat dipakai pada saat melihat Keilahian dan
kemanusiaan Yesus, Firman menjadi daging, dan anugerah dan kebenaran. Tetapi
melaui koin juga menawarkan sesuatu yang berbeda misalnya Yesus adalah Allah
tetapi Ia juga adalah manusia. Dalam integrasi tersebut nampak keilahian dan
kemanusiaan Yesus. Lebih jelas lagi ketika memandang salib kita melihat vertikal
dan horizontal. Manusia terhubung dengan Allah karena Yesus (Vertikal).
Sedangkan horizontal sesudah hubungan terjadi dengan Allah maka manusia
menjalin relasi dengan sesama. Karena itu dengan jelas terlihat bahwa integrasi
menawarkan kesatuan dan sekaligus juga memperlihatkan perbedaan. Seberapa
penting sebenarnya integrasi tersebut dalam kekristenan? Hal ini sangat penting
supaya dapat menghormati hal yang bersifat rohani tetapi juga tidak
menyingkirkan hal-hal jasmaniah. Maka pada saat berkhotbah berarti pengkhotbah sedang
memuridkan dan sekaligus membentuk spiritual jemaat.
Kemudian
jikalau integrasi mengatasi disintegrasi yang melepaskan dan memisahkan. Namun
gravitasi memiliki kekuatan untuk menyatukan banyak hal termasuk segala
ciptaan. Adanya gravitasi menyebabkan dua alam menjadi satu. Jika dilihat bahwa
tanpa adanya gravitasi kita tidak mungkin bersatu. Tetapi kabar baiknya adalah
bahwa memang kita dicipta oleh Tuhan untuk tinggal di bumi. Di dalam diri
manusia juga terdapat dua hal yang berlawan yakni rohani dan tubuh jasmani atau
keinginan daging. Sehingga seringkali terjadi dan kebanyakan dari setiap
manusia di pengarungi oleh dua hal demikian. Ada yang mengikuti keinginan
rohaninya tetapi ada banyak juga yang mengikuti keingan daging. Dengan keaadaan
itu sangat jelas terlihat bahwa spiritual itu baik namun materialnya buruk,
penyebab menjadi buruk adalah karena dosa. Maka karena keadaanya demikian
keinginan daging harus dilawan. Relasi dalam kesatuan kita dengan Tuhan harus
terus menerus di bangun. Kita harus mengarahkan segala pikiran, hati, kehendak kita
kepada Kristus. Dan sesudah itu dapat menolong orang lain sebagai sesama.
Kita
mungkin dapat melihat langit dan laut bertemu, tetapi kita tidak mungkin dapat
membedakannya. Karena tidak terdapat garis di dalamnya. Kita tidak mungkin
menemukan sorga, maka vertikal menjadi sesuatu yang sangat kita butuhkan. Maksudnya
bukan berarti dalam kondisi dari bumi kita bisa ke sorga. Kita hidup dalam
keterbatasan, jangkauan kita terbatas pada apa yang kita sentuh dan juga lihat.
Bahkan kalaupun ada orang yang tinggi dari kedudukan ataupun dari orang yang
memiliki pengetahuan tinggi, dan orang-orang yang hebat, orang-orang kuat,
tidak akan mungkin mencapai sorga itu. Anderson mengatakan kami mencoba untuk
mendaki gunung untuk mencapai sorga namun kami tidak dapat mencapainnya justru
kematian yang mendekat kepada kami. Karena pada saat di atas gunung suhu
udaranya sangat dingin dan tidak ada kehidupan disana. Manusia sangat merindukan
agar masuk dalam hidup kekal.
Dari
ketidakmampuan manusia, itulah maksud dari vertikal. Bukan dari bawah ke atas
tetapi dari atas turun ke bumi, dalam bahasa teologinya disebut “inkarnasi”
maka dengan terjadinya kasih yang mengunjungi dunia yang tidak berdaya.
Disitulah sebagai manusia harus dengan rendah hati menunjukan rasa hormat dan
merendahkan diri dihadapan Tuhan yang telah mengasihi dunia. Dengan datangNya
ke dunia kita dapat mengenal Allah di dalam Yesus Kristus dan bersatu
denganNya. Dan tidak hanya itu Ia juga mengerjakan sesuatu yang tidak bisa
dilakukan oleh manusia dimana tidak mungkin terbebas dari dosa. Melaui kehadiranNya,
Ia membebaskan kita dari dosa. Sehingga kita mendapati bahwa dengan kasih
Kristus kepada kita sorga akhirnya dapat diatasi, karena bersatu dengan
Kristus. Karena itu sebagai pengkhotbah harus mengkhotbahkan Firman. Belajar
dari doa yang diajarkan Tuhan Yesus pada saat khotbah di Bukit. Doa dimulai
dengan seruan agar kerajaan Allah dinyatakan di bumi seperti di sorga. Tuhan
berkenan memakai para hambaNya untuk untuk memberitakan kerajaan Allah dibumi. Jadi,
khotbah yang berbentuk salib adalah khotbah tentang integrasi lagit dan bumi.
Efek model khotbah
integrative memiliki kekuatan seperti dorongan peluru dalam pistol. Khotbah
harus bergerak agar memiliki dampak. Sehingga orang dapat dibawa kepada suatu
tempat dimana Firman mengerahkannya. Seorang pengkhotbah harus memahami model
pengabaran yang integratif yang dibangun di atas elemen dan komponen.
Berkhotbah berarti menuntun jemaat kepada kebenaran. Mengajarkan jemaat
kebenaran sehingga sampai pada keyakinan yang benar kepada Allah. Kita perlu
mengenal Tuhan agar kebenaranNya dapat terjadi pada kita. Dengan inspriasi
itulah maka jemaat dapat mengalami perubahan hidup. Karena itu seorang
pengkhotbah harus bekerja keras menemukan lintasan agar hati dan pikiran dapat
disatukan. Jadi, pada intinya Allah memiliki tujuan untuk mengintegrasikan
segala sesuatu melalui penghotbah.
0 Response to "Memahami Model Khotbah yang Integratif"
Post a Comment