Speaking God’s Words A Practical Theology of Preaching



Pendahuluan 
Buku yang berjudul “Speaking God’s Words A Practical Theology of Preaching”  yang ditulis oleh Peter Adam, dalam buku tersebut ia bertujuan untuk memberikan teologi praktis yang kuat tentang pemberitaan atau khotbah sebagai bagian dari pelayanan Firman di dalam jemaat. Ia memiliki keyakinan bahwa dengan memberikan teologi khotbah dan argumen teologis yang meyakinkan dapat berdapak dalam jangka panjang dikehidupan jemaat. Bagi Peter Khotbah adalah pelayanan yang sangat menuntut keserius untuk mempersiapkannya.
Demikian juga halnya, seorang pengkhotbah membutuhkan teologi pengajaran yang praktis. Buku The Modern Preacher and Ancient Teut dari Sidney Greidanus, berusaha memberikan perspektif yang saling melengkapi yaitu dari mimbar dan studi pendeta. Berkhotbah sebagai bagian dari pelayanan pastoral dengan menunjukkan pengajaran Alkitab yang praktis, memberi contoh dari berbagai model pelayanan yang sederhana dari sejarah gereja-gereja Kristen dan juga pengalaman. Pengalaman Peter dalam berkhotbah, ia merasakan betapa berharganya ketika ia berkhotbah di dalam sebuah rumah dan melihat jemaat-jemaat bertumbuh dan dewasa oleh kuasa Allah, melalui disiplin mingguan dalam persiapan dan pemberitaan Injil, banyak yang datang untuk bergabung dalam Kristus dan menjadi dewasa dalam kehidupan, banyak yang telah diperlengkapi dalam pelayanan dan  ini merupakan suatu kegembiraan yang besar untuk melihat Allah memberkati setiap metode yang dipakai dalam pemberitaan.
Pada bagian pertama penulis menjelaskan tiga dasar Alkitabiah yang menjadi pondasi dalam berkhotbah melalui buku Peter Adam:

1. ALLAH TELAH BERBICARA. 
Dasar dalam teologi khotbah yang kuat adalah ketika Firman diberitakan dengan perkataan Allah dalam Alkitab. Firman memiliki kuasa, oleh sebab itu Firman harus diberitakan dengan jujur. Dalam bagian ini kita melihat dasar teologis dari pemberitaan yaitu meyakini bahwa Allah telah berfirman, dan perkataannya memiliki kuasa. Jadi Tuhan adalah Tuhan yang berbicara dalam Alkitab. Oleh sebab itu setiap pelayanan manusia terhadap Firman bergantung sepenuhnya pada Allah yang tidak diam, artinya jelas bahwa Tuhan dalam Alkitab adalah Tuhan yang mengucapkan kata-kata. Melalui pewahyuan Allah dalam Alkitab dimulai dengan Firman atau perkataan, dunia diciptakan dengan Firman “Tuhan Berfirman”, "Jadilah terang" maka semuanya jadi. Jadi, Firman yang diberitakan tidak akan kembali dengan sia-sia karena Firman itu memiliki kuasa, efektif, dan kreatif demikian juga dalam mengubah hidup setiap orang.
a. Perkataan Tuhan dalam Alkitab
Tanpa Tuhan berbicara tidak akan ada perjanjian, tidak ada hukum, tidak ada cerita, tidak ada nubuat, tidak kebijaksanaan. Dalam Perjanjian Baru juga mencerminkan dan menyampaikan kata-kata Allah melalui Injil, perumpamaan, surat, dan nubuat . Tampak jelas bahwa Allah yang berbicara, dan ketika ia berfirman maka semuanya jadi atau ketika memberi perintah maka semuanya ada (Mzm 33:9). Alkitab juga memberikan kita pemahaman mengenai Allah dan penyembahan berhala, dimana Allah yang di surga dibandingkan dengan berhala yang terbuat dari perak dan emas oleh tangan manusia. Mereka (berhala) memiliki mulut, tetapi tidak berbicara, memiliki telinga, tetapi tidak mendengar, memiliki tangan, tetapi tidak dapat berbuat, memiliki hidung, tetapi tidak mencium bau, dan memiliki kaki, tetapi tidak berjalan. Hal ini disampaikan agar setiap umat tahu bahwa Allah dalam Alkitab adalah Allah yang berbicara dan bertindak. Pengajaran Alkitab tentang manusia yang diciptakan menurut gambar Allah mengasumsikan bahwa Allah yang berbicara, Ia menjadikan manusia menurut gambarNya sendiri dan berbicara kepada mereka. Alkitab juga menerangkan bahwa Allah berbicara dan mendengar (Mzm 94: 9-10). Alkitab juga mencatat bawah seseorang tidak hidup dari roti saja, tetapi dengan kata-kata yang berasal dari mulut Allah '(Mat 4: 4). Artinya Firman perkataan yang keluar dari mulut Allah itu memberi hidup.
b.     Keberatan: Bait Suci dan Dulles
Firman Tuhan dalam Alkitab merupakan gagasan bahwa Tuhan berbicara. Perjanjian Lama misalnya banyak memberikan contoh bahwa Allah berbicara kepada Musa, dan memberikan hukum, dan tidak hanya itu saja  Allah juga hadir dan menyelamatkan orang Israel. Walaupun memang kehadirannyaNya tidak dilihat oleh bangsa Israel kecuali Musa dan penatua (Kel 19:21) dan tanda-tanda dari kehadirannya terjadi melalui Guntur, kilat, awan tebal, terompet, angin dan api (Kel 19: 16-19). Semua ini adalah bagian dari wahyu, tetapi jelas bahwa isi utama dari hubungan itu, datang dalam kata-kata atau Firman, melalui perkataan Tuhan itulah Musa tahu untuk mendekat dan melalui perkataan Allah itulah Sepuluh hukum diberikan.
Bagi banyak penulis modern, wahyu Allah adalah wahyu dari pribadi-Nya, Semua wahyu Terlepas dari bukti yang luar biasa ini, teologi modern memiliki keberatan, sebagai contoh, Avery Dulles dalam Model-nya mengenai “revelations” tentang wahyu sebagai doktrin, ia membuat empat asumsi yang sangat mempengaruhi perlakuannya terhadap gagasan-gagasan ini. Pertama, ia mendefinisikan wahyu sebagai doktrin semata-mata dalam hal wahyu proposisional. Kedua, mengasumsikan bahwa penerimaan Gagasan wahyu sebagai doktrin menghalangi penerimaan wahyu sebagai sejarah atau kehadiran ilahi. Ketiga, Dulles mendefinisikan respons yang diminta oleh konsep wahyu proposisional sebagai persetujuan. Keempat, contoh yang Dulles tawarkan dari model wahyu ini sebagai doktrin adalah mereka evangelikalisme konservatif dan Katolik Roma skolastik 100 tahun terakhir. Dengan cara ini ia memberi kesan bahwa ini adalah pandangan baru tentang pewahyuan. Berdasarkan keberatan diatas Peter memberi pendapat bahwa ia menduga bahwa tindakan untuk langkah yang diungkapakan diatas termasuk keinginan untuk melestarikan transendensi Allah, dan keyakinan bahwa kata-kata adalah kendaraan yang terlalu lemah untuk menyampaikan lebih dari sekadar refleksi buruk akan kebenaran ilahi.
c.      Tuhan Berbicara. Apa maksudnya?
Frasa “Allah yang berbicara”. Pemahaman umum dari frasa-frasa ini merupakan “antropomorfisme” yang menggunakan kata-kata atau karakteristik manusia untuk menggambarkan Tuhan. Kejadian 12 ketika Tuhan berbicara, suara yang terdengar terdengar adalah Tuhan berfirman kepada Abram, "Pergilah dari keluargamu dan rumah ayahmu ke negeri yang akan Aku perlihatkan kepadamu" (Kej 12: 1), di Gunung Sinai suara Tuhan terdengar, dan kata-katanya dimengerti. Tuhan berkata kepada Musa, Aku akan datang kepadamu dalam awan yang tebal supaya orang-orang dapat mendengar ketika aku berbicara dengan kamu dan begitu percaya kepadamu selamanya (Kel 19: 9). Ketika Tuhan berbicara maka akan sangat mendasar bagi iman untuk bertumbuh.
d.     Menolak atau Menerima Perkataan Tuhan.
Salah satu alasan mengapa orang lebih suka ditemani hewan-hewan bodoh adalah karena hewan-hewan bisu membuat lebih sedikit tuntutan. Langkah postmodern melawan makna dalam perkataan Tuhan dalam Alkitab adalah bagian dari upaya untuk menciptakan tidak hanya dunia tanpa Tuhan tetapi sebuah alam semesta tanpa banyak makna. Teologi modern cenderung menghilangkan ide pembicaraan dari bentuk wahyu ilahi, tetapi Peter menunjukkan bahwa ini adalah langkah yang salah, dan bahwa perkataan Tuhan tidak dapat dipisahkan dari pewahyuan diriNya. Ia telah mencoba menunjukkan bahwa cara orang menanggapi kata-kata Tuhan adalah ukuran dari tanggapan mereka terhadap Allah. Ia meyakini Allah telah berbicara, tanpa dasar yang kuat ini kita tidak dapat membangun teologi khotbah. Tanpa firman Tuhan tidak akan ada pelayanan Firman. Landasan teologis besar yang pertama untuk berkhotbah adalah bahwa Allah telah mengucapkan kata-katanya, dengan setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah di dalamnya menuntut suatu ketaatan kita sepenuhnya kepada Allah.

2. ADA TERTULIS
Landasan besar kedua adalah keyakinan bahwa dalam wahyu-Nya dalam sejarah, Allah juga memelihara janjiNya untuk generasi mendatang.  Tujuan wahyu yang berwawasan ke depan ini jelas terlihat dalam tema-tema utama Perjanjian Lama. Jadi, misalnya, dalam janji-janji yang dibuat oleh Allah kepada Abraham. Sementara mereka memiliki makna dan fungsi pada saat itu, mereka juga jelas menunjukkan generasi yang akan datang. Sekarang Tuhan berfirman kepada Abram, Pergilah dari negerimu dan keluargamu dan rumah ayahmu ke tanah, Aku akan menunjukkan kepadamu. Aku akan menjadikanmu bangsa yang besar dan aku akan memberkatimu, dan membuat namamu hebat, supaya kamu menjadi berkat. Aku akan memberkati mereka yang memberkatimu, dan siapa yang mengutuk kamu, aku akan mengutuk; dan di dalam kamu semua fanilies bumi akan diberkati "(Kej 12: 1-3; f 15 -18). Pendengar pertama tentu saja adalah Abraham, yang menaati TUHAN dan berangkat dari haran. Namun janji itu tidak mencapai pemenuhannya dengan Abraham. Perkataan Tuhan  sampai pada generasi Ishak dan Yakub keturunan fisik Abraham semua melalui Perjanjian Lama Tuhan Yesus Kristus, dan bangsa-bangsa lain yang percaya pada Kristus dan menjadi anak-anak Abraham (Gal 3: 6-18). Ini adalah janji bagi Abraham, tetapi untuk semua generasi yang akan datang.
Dalam Perjanjian baru Paulus ingin mendengar Firman Allah (Kis13:7), Paulus juga menyatakan bahwa' kita menolak untuk menyangkal Firman Allah (2 Kor 4:2)
Para pemimpin-pemimpin gereja telah menyampaikan Firman Allah (Ibr 13:7). Wahyu Allah kepada Yohanes ketika berada di Patmos mengatakan "karena Firman Allah, para martir telah disembelih (Wah 6:9). Sebagaimana perjanjian lama adalah hasil dari wahyu, dan wahyu itu berlanjut melalui pemeliharaan, demikianlah perjanjian baru adalah hasil dari wahyu yaitu tentang Yesus kristus. Pada Akhirnya Peter menyimpulkan bahwa Firman yang di wahyukan itu dapat dikerjakan dan diajarkan sehingga orang banyak mengenal kebenaran didalam Yesus. Packer's mengatakan tulisan suci adalah alat yang hidup yang melayani Allah untuk pesan keselamatan. Henry Bullinger, mengatakan Firman Allah adalah perkataan Allah, yaitu menyatakan kehendak-Nya yang baik kepada umat manusia.
3. MENGKHOTBAHKAN FIRMAN
Fondasi ketiga dasar pemberitaan yaitu mengkhotbahkan Firman. Asal mula pelayanan Firman adalah bahwa Allah telah memberikan firman-Nya kepada hamba-hamba-Nya untuk disampaikan kepada setiap orang. Pelayanan pengajaran Abraham dijelaskan dalam kata-kata ini: 'Karena Aku telah memilih dia, supaya dia dapat menuntut anak-anak dan rumah tangganya untuk memelihara jalan Tuhan dengan melakukan kebenaran dan keadilan, sehingga TUHAN dapat memberikan apa yang Abraham kehendaki Tuhan telah berjanji kepadanya '(Kej. 18:19). Contoh lain adalah Yakub memberkati putra-putranya (Kej. 49), dan ini mengingatkan kita bahwa berkat dan kutuk adalah bentuk awal dari pelayanan dalam ketaatan atapun ketidaktaatan. Karena mereka mencerminkan kekuatan firman Allah, mereka sangat kuat dalam menghasilkan efek yang mereka gambarkan, dan juga tidak dapat dibalikkan (Kej. 27). Selanjutnya Musa, adalah seorang nabi yang menyampaikan Firman, dalam panggilan awalnya ia menolak untuk menjadi nabi Allah dengan alasan tidak mampu berkata-kata, Tuhan meyakinkan dia dan memakai Harun untuk mejadi juru bicara Musa, dan dalam pelayannya Alkitab mencatat bahwa Musa berbicara untuk Tuhan. Musa bertindak sebagai perantara antara Tuhan dan orang-orang di Gunung Sinai. Ia menuliskan perkataan Tuhan, Ia membaca Firman Tuhan, sehingga ia menjadi seorang pengkhotbah dalam perjanjian lama yang menyampaikan pesan Allah, memberi tahu orang-orang Israel semua yang telah diperintahkan Allah kepadanya (Kel. 34:34), memberikan hukum sebagai perjanjian dan perintah yang harus ditaati.  Setelah Musa, Perjanjian Lama adalah penuh dengan bukti bahwa tradisi pelayanan Firman yang ditegakkan Musa berlanjut dalam generasi-generasi yang berurutan. Misalnya, dikatakan tentang nabi Elia dalam pelayanannya kepada janda di sarfat bahwa firman Tuhan datang kepadanya dan kejadian itu terjadi sesuai dengan firman Tuhan yang dia ucapkan oleh Elia. Bukti kesadaran dari seorang jada dari fiman yang diucapkan bahwa “Sekarang aku tahu bahwa kamu adalah hamba Allah, dan bahwa kata-kata dari Tuhan di mulutmu adalah kebenaran”.  Nabi Yeremia dalam bernubuat berkata “Firman TUHAN datang kepadaku, kemudian Tuhan mengulurkan tanganNya dan menyentuh mulutku dan berkata sekarang, aku telah menaruh perkataanKu ke dalam mulutmu (Yer. 1: 4,9). Dan masih banyak banyak lagi nabi yang dipilih Tuhan dan berfirman kepada mereka untuk disampaikan kepada umat kepunyaan Allah seperti Yehezkiel, Amos dan salah satu contoh yang paling mencolok dari pelayanan Firman dalam Perjanjian Lama adalah kisah pembacaan hukum Taurat di Yerusalem setelah kembali dari pengasingan di Babel. Ezra, yang membacakan hukum untuk semua orang, digambarkan sebagai imam, ahli Taurat, seorang ahli dari teks perintah-perintah Tuhan dan ketetapan-ketetapannya untuk Israel (Ezr. 7:11) ia mengajarkan dan menjelaskan Firman sehingga umat Israel mengerti hukum Tuhan.
Perkataan Tuhan dalam perjanjian lama itu juga berlanjut sampai kepada perjanjian baru. Pelayanan Firman dalam perjanjian baru oleh Yohanes Pembaptis, permulaan permulaan pelayannya ia mengutip nubuatan dalam perjanjain lama Persiapkan jalan untuk Tuhan luruskanlah jalan bagiNya. Yohanes pembaptis muncul di padang belantara menyerukan bertobatlah dan berilah dirimu dibatis sebab kerajaan Alla sudah dekat. Pelayanan Firman yang Yohanes sampaikan didefinisikan oleh kitab suci sebagai Firman Allah. Perjalanan pelayanan Yohanes kita melihat bahwa pelayanannya hanya berfokus pada Tuhan Yesus. Terbukti ketika pelayanan Yesus dimulai, Yohanes berkata, 'Dia harus bertambah, tetapi saya harus berkurang.
Tuhan Yesus dalam pelayananya menekankan pelayanan Firman karena Dia adalah Firman yang menjadi manusia. PelayananNya yang mencakup berbagai mukjizat, dan pemberitaan tentang kematian serta kebangkitannya jelas sangat penting. Tetapi khotbah dan pengajarannya juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penting dari pelayanan dan pewahyuannya. Yesus adalah hamba yang berkeliling, kita juga harus memperhatikan ragam bentuk di mana Yesus melayani Firman. Di depan umum, pengajaran formal di rumah-rumah ibadat atau di gunung, dalam instruksi pribadi kepada murid-muridnya, dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang lain, dan dalam percakapan pribadi, ia berbicara Firman. Dengan khotbah dan pengajarannya ia mengumumkan dan memperluas kerajaan, memanggil orang-orang untuk beriman, membantah kesalahan, menegur mereka yang mengajar kesalahan, menguatkan yang lemah, melatih murid-muridnya, menjelaskan Kitab Suci, menegur orang berdosa dan memanggil semua untuk percaya dan taat kepada Firman.
Sesudah pelayanan Tuhan Yesus Para murid menjadi saksi bagi Kristus dimana mereka secara langsung menyaksikan kematian, dan kebangkitanya. Mereka harus memuridkan semua bangsa, mengajar mereka untuk setia kepada Yesus. Tuhan memberikan FirmanNya untuk disampaikan kepada semua orang  mellui para rasul sehingga lewat pemberitaan Firman melahirkan gereja sampai hari ini. Firman Tuhan Yesus memiliki Kuasa.  Pengajaran Firman masih berlanjut dan para rasul mempersipakan dan mengajar para penatua untuk melayani Allah dan menjadi gembala sehingga dapat mengajar dan mengkhotbahkan Firman. Wahyu dari Allah meliputi kata-kata yang dimaksudkan untuk berkomunikasi. Kemampuan untuk berkomunikasi dalam kata-kata adalah aspek penciptaan kita dalam gambar Allah. Kita harus menghargai kata-kata sebagai pemberian dari Tuhan, maka setiap pelayan harus menggunakan kata-kata untuk untuk mengkomunikasikan Firman Tuhan kepada orang lain. Perktaan Tuhan yang Efektif. Peran kita adalah bukan untuk membuat perkataan Tuhan kuat melalui pembicaraan kita, tetapi untuk membantu orang-orang mengenali kekuatan dan signifikansi dari perkataan Tuhan itu. Perkataan Tuhan adalah bagian dari Pewahyuan Dia hadir dalam FirmanNya. Khotbah kita tentang firman Allah bukan milik kita sendiri. Hamba Tuhan adalah sarana utama Allah untuk membuat FirmanNya dikenal. Hambat Tuhan dipakai untuk menyampaikan Firman kepada orang-orang Kristen maupun non-Kristen. Kemudia, Wahyu Allah itu bersifat historis dan kontemporer. Firman diberitakan berdasarkan wayuh Allah tetapi juga aplikatif didalam kehidupan dimasa sekrang.

4. BERKHOTBAH SEBAGAI PELAYANAN FIRMAN 
Ketika Yesus melihat orang banyak, naiklah Ia ke atas gunung, dan setelah dia duduk murid-muridnya datang kepadanya, kemudian dia mulai berbicara, dan mengajar mereka (Mat 5: 1-2). Firman kepada murid-muridnya tentu saja sangat penting. Kita biasanya tidak menggambarkan itu sebagai khotbah melainkan pengajaran kelompok kecil atau pelatihan para murid. Ada juga peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Injil di mana Yesus terlibat dalam suatu pelayanan Firman kepada seorang individu.Dalam Yohanes 4 Yesus diskusi dengan wanita Samaria tentu saja pelayanan Firman yang ditujukan kepada satu orang maksudnya adalah bahwa pelayanan Firman adalah gambaran umum yang mencakup berbagai pelayanan. Calvin berkhotbah bukan hanya merupakan pelayanan Firman yang diucapkan tetapi juga menjadi pelayanan Firman yang dituangkan dalam tulisan, dimana ia juga menulis banyak buku untuk menyampaikan Firman dan juga mengimplementasikannya dalam hidupnya. Demikian juga dengan Packer memberikan gambaran lengkap tentang pelayanan Firman dalam khotbah-khotbahnya yang teratur pada hari Minggu dan Kamis, masing-masing berlangsung satu jam, ia juga mengajar agama Kristen dasar, dan mengadakan diskusi diskusi dan doa serta membagikan Alkitab dan buku-buku Kristen, dia mengajar orang-orang melalui konseling pribadi dan katekisasi.
Khotbah pada dasarnya adalah kegiatan pelayanan dan tujuannya yang paling bermanfaat adalah menyampaikan Firman Tuhan.  Dalam hal ini, berkhotbah mencerminkan pesan Alkitab, di mana sebagian besar buku diarahkan bukan untuk individu atau pemimpin tetapi kepada umat Allah. Jadi Tujuan utama dari khotbah hari Minggu adalah untuk membangun tubuh, Tetapi kita juga harus mempertobatkan orang-orang yang tidak percaya, melatih orang-orang dalam keterampilan pelayanan, dan memuridkan dan menasihati orang-orang dengan Firman Allah.
Paulus adalah seorang model pengkhotbah dalam perjanjian baru. Dalam uraiannya sendiri tentang pelayanannya, Paulus menggambarkan tidak hanya perannya yang unik sebagai rasul bagi bangsa-bangsa lain, tetapi juga pelayan Kristus yang menyampaiakn Firman dan apapun yang dilakukan segalanya hanya untuk kemulian Allah. Gambaran itulah yang terlihat dalam Alkitab mengenai pelayanan Paulus. Perhatian utama Paulus dalam surat-surat ini adalah untuk mengajar orang-orang untuk hidup sebagai anggota rumah tangga Allah, gereja Allah yang hidup, yang disebut sebagai tiang dan benteng kebenaran (I Tim. 3: 15).

5. ALKITAB PENGKHOTBAH
Masalah yang diangkat di sini adalah hubungan antara isi Alkitab dan isi khotbah. P.T Forsyth mengatakannya sebagai berikut: Alasan utama mengapa pengkhotbah harus kembali ke Alkitab adalah karena Alkitab adalah yang terbesar khotbah di dunia. Maka sangat perlu memerhatikan hubungan antara isi Alkitab dan khotbah kita. Kita telah memperhatikan bahwa Lukas menggunakan sejumlah frasa untuk menggambarkan khotbah Perjanjian Baru. Ini termasuk seluruh pesan firman Allah, kabar baik tentang kerajaan Allah dan nama Yesus Kristus. Lukas menggambarkan khotbah Kristen mula-mula sebagai khotbah dan pengajaran Alkitab. Hal yang sama juga dikatakan oleh John Goldingay agar kita perlu memperhatikan hubungan antara isi Alkitab dan khotbah dengan sangat hati-hati. Peter menyadari bahwa istilah teologi biblika dapat dipahami dalam berbagai cara, tetapi dengan itu ia maksudkan teologi yang Allah ajarkan kepada kita dalam Alkitab Teologi biblika berkaitan dengan mencari tahu apa yang Tuhan ajarkan kepada kita dalam Alkitab. Alkitab dalam perjanjian lama dan perjanjian baru, Teologi biblika mengingatkan kita bahwa Alkitab adalah pemberian Allah, teologis, interpretasi diri, dan kohesif. Ini membantu kita untuk menghindari penggunaan Alkitab dalam cara fundamentalis, atau cara yang hanya bersifat historis, psikologis, di luar konteks, tidak koheren atau saling bertentangan, atau yang menyalahgunakan untaian kecil karena telah melupakan gambaran besar. Dengan pemahaman inilah membuat kita tidak mengkhotbahkan diri kita sendiri tetapi Firman Allah. Jadi, kita harus mempelajari Alkitab, pengkhotbah, dan cara-cara di mana sifat dan teologi Alkitab harus menginformasikan pemberitaan kita.

6. TUJUAN BERKHOTBAH
Secara sederhana tujuan berkhotbah adalah untuk mengajarkan apa yang menjadi isi hati Tuhan, Firman disampaikan dan dijelasankan kepada jemaat sehingga jemaat mencapai kesatuan iman, kedewasaan, dan bertumbuh secara rohani. Peter menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan dalam berkhotbah adalah harus berkhotbahlah dengan baik. John Stot, mengatakan bahwa untuk berkhotbah berarti membuka teks yang di Ilhami dengan kesetiaan dan kepekaan yang sedemikian besar sehingga suara Tuhan didengar dan umat menaat Tuhan. Disinilah terlihat bahwa menjadi hamba Allah dalam pelayanan berarti bahwa kita harus bertanggung jawab atas pelayanan kita kepada Allah (1 Kor. 4: 4). Pengkhotbah yang merendahkan Tuhan sehingga ia tidak mau tunduk pada Firman Tuhan, adalah pembohong. Pada akhirnya tujuan berkhotbah adalah untuk melayani Allah dan Kristus, untuk melayani Firman Allah, dan untuk melayani umat Allah

7. TUNTUTAN BERKHOTBAH.
Dalam bab terakhir ini kita melihat tuntutan khotbah. Dalam bukunya John Stott, mengatakan I Believe in Preaching, mengutip dalam bahasa yang agak berbunga-bunga seabad yang lalu. John Stott juga menggambarkan bagaimana C. H. Spurgeon berjalan menaiki tangga mimbar pusat yang besar di Metropolitan Tabernakel, mengatakan ketika dia menaiki mimbar saya percaya pada Roh Kudus.' Bahwa Injil yang diberitakan di telinga semua orang; itu hanya datang dengan kekuatan untuk beberapa orang. Kuasa yang ada dalam Injil tidak terletak pada kefasihan pengkhotbah, kalau tidak, manusia akan menjadi pengubah jiwa. Juga tidak terletak pada pembelajaran pengkhotbah, jika tidak, itu akan terdiri atas kebijaksanaan manusia. Kita dapat berkhotbah sampai lidah kita membusuk, sampai kita harus menguras paru-paru kita dan mati, tetapi tidak akan ada jiwa yang dipertobatkan kecuali ada kekuatan ilahi yang menyertainya yaitu Roh Kudus mengubah kehendak manusia. Semua ini berarti bahwa itu harus jelas bagi mereka yang kita layani bahwa tugas utama dan kesetiaan kita adalah kepada Allah dan Kristus. Kemudian Matthew Simpson memberikan ringkasan yang luar biasa tentang keunikan dari khotbah. Dia menulis tentang pengkhotbah: TakhtaNya adalah mimbar, dia berdiri sebagai pengganti Kristus, pesannya adalah firman Tuhan, di sekelilingnya ada jiwa abadi, Juruselamat tidak terlihat ada di sampingnya, Roh Kudus menaungi jemaat, Malaikat menatap pemandangan dari surga.
Tuntutan dari khotbah juga adalah seorang pelayanan harus memiliki kasih, dan itu harus menjadi dasar dari semua tindakan, dan terutama dari tindakan seorang pelayan. Jika kasih memenuhi hidup seorang pelayan dia jarang akan tersinggung, walaupun menyakitkan, ia juga tidak akan melakukan pekerjaan Tuhan dengan lalai, mengerti pelayanan, memiliki kebijaksanaan dalam membingkai semua doktrin, nasihat, dan terutama tegurannya, dan setia kepada Tuhan yang mengutusnya.

Sumber bacaan Penulis dari buku Speaking Gods Words A Practcal Theology Of Preaching. Tuhan memberkati.

0 Response to "Speaking God’s Words A Practical Theology of Preaching"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel