Speaking God’s Words A Practical Theology of Preaching
Wednesday, February 19, 2020
Add Comment
Pendahuluan
Buku yang berjudul “Speaking God’s Words A Practical Theology of Preaching” yang ditulis oleh Peter Adam, dalam buku
tersebut ia bertujuan untuk memberikan teologi praktis yang kuat tentang
pemberitaan atau khotbah sebagai bagian dari pelayanan Firman di dalam jemaat. Ia
memiliki keyakinan bahwa dengan memberikan teologi khotbah dan argumen teologis
yang meyakinkan dapat berdapak dalam jangka panjang dikehidupan jemaat. Bagi
Peter Khotbah adalah pelayanan yang sangat menuntut keserius untuk
mempersiapkannya.
Demikian juga halnya, seorang
pengkhotbah membutuhkan teologi pengajaran yang praktis. Buku The Modern Preacher and Ancient Teut
dari Sidney Greidanus, berusaha memberikan perspektif yang saling melengkapi yaitu
dari mimbar dan studi pendeta. Berkhotbah sebagai bagian dari pelayanan pastoral
dengan menunjukkan pengajaran Alkitab yang praktis, memberi contoh dari berbagai
model pelayanan yang sederhana dari sejarah gereja-gereja Kristen dan juga
pengalaman. Pengalaman Peter dalam berkhotbah, ia merasakan betapa berharganya
ketika ia berkhotbah di dalam sebuah rumah dan melihat jemaat-jemaat bertumbuh
dan dewasa oleh kuasa Allah, melalui disiplin mingguan dalam persiapan dan
pemberitaan Injil, banyak yang datang untuk bergabung dalam Kristus dan menjadi
dewasa dalam kehidupan, banyak yang telah diperlengkapi dalam pelayanan dan ini merupakan suatu kegembiraan yang besar
untuk melihat Allah memberkati setiap metode yang dipakai dalam pemberitaan.
Pada bagian pertama penulis
menjelaskan tiga dasar Alkitabiah yang menjadi pondasi dalam berkhotbah melalui
buku Peter Adam:
1. ALLAH TELAH BERBICARA.
Dasar dalam teologi khotbah yang kuat
adalah ketika Firman diberitakan dengan perkataan Allah dalam Alkitab. Firman
memiliki kuasa, oleh sebab itu Firman harus diberitakan dengan jujur. Dalam
bagian ini kita melihat dasar teologis dari pemberitaan yaitu meyakini bahwa
Allah telah berfirman, dan perkataannya memiliki kuasa. Jadi Tuhan adalah Tuhan
yang berbicara dalam Alkitab. Oleh sebab itu setiap pelayanan manusia terhadap
Firman bergantung sepenuhnya pada Allah yang tidak diam, artinya jelas bahwa
Tuhan dalam Alkitab adalah Tuhan yang mengucapkan kata-kata. Melalui pewahyuan
Allah dalam Alkitab dimulai dengan Firman atau perkataan, dunia diciptakan dengan
Firman “Tuhan Berfirman”, "Jadilah terang" maka semuanya jadi. Jadi, Firman
yang diberitakan tidak akan kembali dengan sia-sia karena Firman itu memiliki
kuasa, efektif, dan kreatif demikian juga dalam mengubah hidup setiap orang.
a. Perkataan Tuhan dalam Alkitab
Tanpa Tuhan berbicara tidak akan ada
perjanjian, tidak ada hukum, tidak ada cerita, tidak ada nubuat, tidak kebijaksanaan.
Dalam Perjanjian Baru juga mencerminkan dan menyampaikan kata-kata Allah
melalui Injil, perumpamaan, surat, dan nubuat . Tampak jelas bahwa Allah yang
berbicara, dan ketika ia berfirman maka semuanya jadi atau ketika memberi
perintah maka semuanya ada (Mzm 33:9). Alkitab juga memberikan kita pemahaman
mengenai Allah dan penyembahan berhala, dimana Allah yang di surga dibandingkan
dengan berhala yang terbuat dari perak dan emas oleh tangan manusia. Mereka (berhala)
memiliki mulut, tetapi tidak berbicara, memiliki telinga, tetapi tidak
mendengar, memiliki tangan, tetapi tidak dapat berbuat, memiliki hidung, tetapi
tidak mencium bau, dan memiliki kaki, tetapi tidak berjalan. Hal ini
disampaikan agar setiap umat tahu bahwa Allah dalam Alkitab adalah Allah yang
berbicara dan bertindak. Pengajaran Alkitab tentang manusia yang diciptakan
menurut gambar Allah mengasumsikan bahwa Allah yang berbicara, Ia menjadikan
manusia menurut gambarNya sendiri dan berbicara kepada mereka. Alkitab juga
menerangkan bahwa Allah berbicara dan mendengar (Mzm 94: 9-10). Alkitab juga
mencatat bawah seseorang tidak hidup dari roti saja, tetapi dengan kata-kata
yang berasal dari mulut Allah '(Mat 4: 4). Artinya Firman perkataan yang keluar
dari mulut Allah itu memberi hidup.
b.
Keberatan: Bait Suci dan Dulles
Firman Tuhan dalam Alkitab merupakan
gagasan bahwa Tuhan berbicara. Perjanjian Lama misalnya banyak memberikan
contoh bahwa Allah berbicara kepada Musa, dan memberikan hukum, dan tidak hanya
itu saja Allah juga hadir dan
menyelamatkan orang Israel. Walaupun memang kehadirannyaNya tidak dilihat oleh
bangsa Israel kecuali Musa dan penatua (Kel 19:21) dan tanda-tanda dari kehadirannya
terjadi melalui Guntur, kilat, awan tebal, terompet, angin dan api (Kel 19:
16-19). Semua ini adalah bagian dari wahyu, tetapi jelas bahwa isi utama dari
hubungan itu, datang dalam kata-kata atau Firman, melalui perkataan Tuhan
itulah Musa tahu untuk mendekat dan melalui perkataan Allah itulah Sepuluh
hukum diberikan.
Bagi banyak penulis modern, wahyu
Allah adalah wahyu dari pribadi-Nya, Semua wahyu Terlepas dari bukti yang luar
biasa ini, teologi modern memiliki keberatan, sebagai contoh, Avery Dulles dalam
Model-nya mengenai “revelations” tentang wahyu sebagai doktrin, ia membuat
empat asumsi yang sangat mempengaruhi perlakuannya terhadap gagasan-gagasan
ini. Pertama, ia mendefinisikan wahyu
sebagai doktrin semata-mata dalam hal wahyu proposisional. Kedua, mengasumsikan bahwa penerimaan Gagasan wahyu sebagai doktrin
menghalangi penerimaan wahyu sebagai sejarah atau kehadiran ilahi. Ketiga, Dulles mendefinisikan respons yang
diminta oleh konsep wahyu proposisional sebagai persetujuan. Keempat, contoh yang Dulles tawarkan
dari model wahyu ini sebagai doktrin adalah mereka evangelikalisme konservatif
dan Katolik Roma skolastik 100 tahun terakhir. Dengan cara ini ia memberi kesan
bahwa ini adalah pandangan baru tentang pewahyuan. Berdasarkan keberatan diatas
Peter memberi pendapat bahwa ia menduga bahwa tindakan untuk langkah yang
diungkapakan diatas termasuk keinginan untuk melestarikan transendensi Allah,
dan keyakinan bahwa kata-kata adalah kendaraan yang terlalu lemah untuk
menyampaikan lebih dari sekadar refleksi buruk akan kebenaran ilahi.
c.
Tuhan Berbicara. Apa maksudnya?
Frasa “Allah yang berbicara”.
Pemahaman umum dari frasa-frasa ini merupakan “antropomorfisme” yang
menggunakan kata-kata atau karakteristik manusia untuk menggambarkan Tuhan. Kejadian
12 ketika Tuhan berbicara, suara yang terdengar terdengar adalah Tuhan berfirman
kepada Abram, "Pergilah dari keluargamu dan rumah ayahmu ke negeri yang
akan Aku perlihatkan kepadamu" (Kej 12: 1), di Gunung Sinai suara Tuhan
terdengar, dan kata-katanya dimengerti. Tuhan berkata kepada Musa, Aku akan
datang kepadamu dalam awan yang tebal supaya orang-orang dapat mendengar ketika
aku berbicara dengan kamu dan begitu percaya kepadamu selamanya (Kel 19: 9). Ketika
Tuhan berbicara maka akan sangat mendasar bagi iman untuk bertumbuh.
d.
Menolak atau Menerima Perkataan Tuhan.
Salah satu alasan mengapa orang lebih
suka ditemani hewan-hewan bodoh adalah karena hewan-hewan bisu membuat lebih
sedikit tuntutan. Langkah postmodern melawan makna dalam perkataan Tuhan dalam
Alkitab adalah bagian dari upaya untuk menciptakan tidak hanya dunia tanpa
Tuhan tetapi sebuah alam semesta tanpa banyak makna. Teologi modern cenderung
menghilangkan ide pembicaraan dari bentuk wahyu ilahi, tetapi Peter menunjukkan
bahwa ini adalah langkah yang salah, dan bahwa perkataan Tuhan tidak dapat
dipisahkan dari pewahyuan diriNya. Ia telah mencoba menunjukkan bahwa cara
orang menanggapi kata-kata Tuhan adalah ukuran dari tanggapan mereka terhadap
Allah. Ia meyakini Allah telah berbicara, tanpa dasar yang kuat ini kita tidak
dapat membangun teologi khotbah. Tanpa firman Tuhan tidak akan ada pelayanan
Firman. Landasan teologis besar yang pertama untuk berkhotbah adalah bahwa
Allah telah mengucapkan kata-katanya, dengan setiap perkataan yang keluar dari
mulut Allah di dalamnya menuntut suatu ketaatan kita sepenuhnya kepada Allah.
2. ADA TERTULIS
Landasan besar kedua
adalah keyakinan bahwa dalam wahyu-Nya dalam sejarah, Allah juga memelihara
janjiNya untuk generasi mendatang. Tujuan wahyu yang berwawasan ke depan ini
jelas terlihat dalam tema-tema utama Perjanjian Lama. Jadi, misalnya, dalam
janji-janji yang dibuat oleh Allah kepada Abraham. Sementara mereka memiliki
makna dan fungsi pada saat itu, mereka juga jelas menunjukkan generasi yang
akan datang. Sekarang Tuhan berfirman kepada Abram, Pergilah dari negerimu dan
keluargamu dan rumah ayahmu ke tanah, Aku akan menunjukkan kepadamu. Aku akan menjadikanmu
bangsa yang besar dan aku akan memberkatimu, dan membuat namamu hebat, supaya
kamu menjadi berkat. Aku akan memberkati mereka yang memberkatimu, dan siapa
yang mengutuk kamu, aku akan mengutuk; dan di dalam kamu semua fanilies bumi
akan diberkati "(Kej 12: 1-3; f 15 -18). Pendengar pertama tentu saja
adalah Abraham, yang menaati TUHAN dan berangkat dari haran. Namun janji itu
tidak mencapai pemenuhannya dengan Abraham. Perkataan Tuhan sampai pada generasi Ishak dan Yakub keturunan
fisik Abraham semua melalui Perjanjian Lama Tuhan Yesus Kristus, dan
bangsa-bangsa lain yang percaya pada Kristus dan menjadi anak-anak Abraham (Gal
3: 6-18). Ini adalah janji bagi Abraham, tetapi untuk semua generasi yang akan
datang.
Dalam Perjanjian
baru Paulus ingin mendengar Firman Allah (Kis13:7), Paulus juga menyatakan
bahwa' kita menolak untuk menyangkal Firman Allah (2 Kor 4:2)
Para pemimpin-pemimpin gereja telah menyampaikan Firman Allah (Ibr 13:7). Wahyu Allah kepada Yohanes ketika berada di Patmos mengatakan "karena Firman Allah, para martir telah disembelih (Wah 6:9). Sebagaimana perjanjian lama adalah hasil dari wahyu, dan wahyu itu berlanjut melalui pemeliharaan, demikianlah perjanjian baru adalah hasil dari wahyu yaitu tentang Yesus kristus. Pada Akhirnya Peter menyimpulkan bahwa Firman yang di wahyukan itu dapat dikerjakan dan diajarkan sehingga orang banyak mengenal kebenaran didalam Yesus. Packer's mengatakan tulisan suci adalah alat yang hidup yang melayani Allah untuk pesan keselamatan. Henry Bullinger, mengatakan Firman Allah adalah perkataan Allah, yaitu menyatakan kehendak-Nya yang baik kepada umat manusia.
Para pemimpin-pemimpin gereja telah menyampaikan Firman Allah (Ibr 13:7). Wahyu Allah kepada Yohanes ketika berada di Patmos mengatakan "karena Firman Allah, para martir telah disembelih (Wah 6:9). Sebagaimana perjanjian lama adalah hasil dari wahyu, dan wahyu itu berlanjut melalui pemeliharaan, demikianlah perjanjian baru adalah hasil dari wahyu yaitu tentang Yesus kristus. Pada Akhirnya Peter menyimpulkan bahwa Firman yang di wahyukan itu dapat dikerjakan dan diajarkan sehingga orang banyak mengenal kebenaran didalam Yesus. Packer's mengatakan tulisan suci adalah alat yang hidup yang melayani Allah untuk pesan keselamatan. Henry Bullinger, mengatakan Firman Allah adalah perkataan Allah, yaitu menyatakan kehendak-Nya yang baik kepada umat manusia.
3. MENGKHOTBAHKAN FIRMAN
Fondasi ketiga dasar
pemberitaan yaitu mengkhotbahkan Firman. Asal mula pelayanan Firman adalah
bahwa Allah telah memberikan firman-Nya kepada hamba-hamba-Nya untuk
disampaikan kepada setiap orang. Pelayanan pengajaran Abraham dijelaskan dalam
kata-kata ini: 'Karena Aku telah memilih dia, supaya dia dapat menuntut
anak-anak dan rumah tangganya untuk memelihara jalan Tuhan dengan melakukan
kebenaran dan keadilan, sehingga TUHAN dapat memberikan apa yang Abraham
kehendaki Tuhan telah berjanji kepadanya '(Kej. 18:19). Contoh lain adalah Yakub
memberkati putra-putranya (Kej. 49), dan ini mengingatkan kita bahwa berkat dan
kutuk adalah bentuk awal dari pelayanan dalam ketaatan atapun ketidaktaatan.
Karena mereka mencerminkan kekuatan firman Allah, mereka sangat kuat dalam
menghasilkan efek yang mereka gambarkan, dan juga tidak dapat dibalikkan (Kej.
27). Selanjutnya Musa, adalah seorang nabi yang menyampaikan Firman, dalam
panggilan awalnya ia menolak untuk menjadi nabi Allah dengan alasan tidak mampu
berkata-kata, Tuhan meyakinkan dia dan memakai Harun untuk mejadi juru bicara
Musa, dan dalam pelayannya Alkitab mencatat bahwa Musa berbicara untuk Tuhan.
Musa bertindak sebagai perantara antara Tuhan dan orang-orang di Gunung Sinai. Ia
menuliskan perkataan Tuhan, Ia membaca Firman Tuhan, sehingga ia menjadi
seorang pengkhotbah dalam perjanjian lama yang menyampaikan pesan Allah, memberi
tahu orang-orang Israel semua yang telah diperintahkan Allah kepadanya (Kel.
34:34), memberikan hukum sebagai perjanjian dan perintah yang harus ditaati. Setelah Musa, Perjanjian Lama adalah penuh
dengan bukti bahwa tradisi pelayanan Firman yang ditegakkan Musa berlanjut
dalam generasi-generasi yang berurutan. Misalnya, dikatakan tentang nabi Elia
dalam pelayanannya kepada janda di sarfat bahwa firman Tuhan datang kepadanya
dan kejadian itu terjadi sesuai dengan firman Tuhan yang dia ucapkan oleh Elia.
Bukti kesadaran dari seorang jada dari fiman yang diucapkan bahwa “Sekarang aku
tahu bahwa kamu adalah hamba Allah, dan bahwa kata-kata dari Tuhan di mulutmu
adalah kebenaran”. Nabi Yeremia dalam
bernubuat berkata “Firman TUHAN datang kepadaku, kemudian Tuhan mengulurkan
tanganNya dan menyentuh mulutku dan berkata sekarang, aku telah menaruh
perkataanKu ke dalam mulutmu (Yer. 1: 4,9). Dan masih banyak banyak lagi nabi
yang dipilih Tuhan dan berfirman kepada mereka untuk disampaikan kepada umat
kepunyaan Allah seperti Yehezkiel, Amos dan salah satu contoh yang paling
mencolok dari pelayanan Firman dalam Perjanjian Lama adalah kisah pembacaan
hukum Taurat di Yerusalem setelah kembali dari pengasingan di Babel. Ezra, yang
membacakan hukum untuk semua orang, digambarkan sebagai imam, ahli Taurat,
seorang ahli dari teks perintah-perintah Tuhan dan ketetapan-ketetapannya untuk
Israel (Ezr. 7:11) ia mengajarkan dan menjelaskan Firman sehingga umat Israel
mengerti hukum Tuhan.
Perkataan Tuhan
dalam perjanjian lama itu juga berlanjut sampai kepada perjanjian baru. Pelayanan
Firman dalam perjanjian baru oleh Yohanes Pembaptis, permulaan permulaan
pelayannya ia mengutip nubuatan dalam perjanjain lama Persiapkan jalan untuk
Tuhan luruskanlah jalan bagiNya. Yohanes pembaptis muncul di padang belantara
menyerukan bertobatlah dan berilah dirimu dibatis sebab kerajaan Alla sudah
dekat. Pelayanan Firman yang Yohanes sampaikan didefinisikan oleh kitab suci
sebagai Firman Allah. Perjalanan pelayanan Yohanes kita melihat bahwa
pelayanannya hanya berfokus pada Tuhan Yesus. Terbukti ketika pelayanan Yesus
dimulai, Yohanes berkata, 'Dia harus bertambah, tetapi saya harus berkurang.
Tuhan Yesus dalam pelayananya menekankan pelayanan Firman
karena Dia adalah Firman yang menjadi manusia. PelayananNya yang mencakup
berbagai mukjizat, dan pemberitaan tentang kematian serta kebangkitannya jelas sangat
penting. Tetapi khotbah dan pengajarannya juga merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dan penting dari pelayanan dan pewahyuannya. Yesus adalah hamba
yang berkeliling, kita juga harus memperhatikan ragam bentuk di mana Yesus
melayani Firman. Di depan umum, pengajaran formal di rumah-rumah ibadat atau di
gunung, dalam instruksi pribadi kepada murid-muridnya, dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh orang lain, dan dalam percakapan pribadi, ia
berbicara Firman. Dengan khotbah dan pengajarannya ia mengumumkan dan
memperluas kerajaan, memanggil orang-orang untuk beriman, membantah kesalahan,
menegur mereka yang mengajar kesalahan, menguatkan yang lemah, melatih
murid-muridnya, menjelaskan Kitab Suci, menegur orang berdosa dan memanggil
semua untuk percaya dan taat kepada Firman.
Sesudah pelayanan
Tuhan Yesus Para murid menjadi saksi bagi Kristus dimana mereka secara langsung
menyaksikan kematian, dan kebangkitanya. Mereka harus memuridkan semua bangsa,
mengajar mereka untuk setia kepada Yesus. Tuhan memberikan FirmanNya untuk
disampaikan kepada semua orang mellui
para rasul sehingga lewat pemberitaan Firman melahirkan gereja sampai hari ini.
Firman Tuhan Yesus memiliki Kuasa. Pengajaran Firman masih
berlanjut dan para rasul mempersipakan dan mengajar
para penatua untuk melayani Allah dan menjadi gembala sehingga dapat
mengajar dan mengkhotbahkan Firman. Wahyu dari Allah meliputi kata-kata yang
dimaksudkan untuk berkomunikasi. Kemampuan untuk berkomunikasi dalam kata-kata
adalah aspek penciptaan kita dalam gambar Allah. Kita harus menghargai
kata-kata sebagai pemberian dari Tuhan, maka setiap pelayan harus menggunakan
kata-kata untuk untuk mengkomunikasikan Firman Tuhan kepada orang lain. Perktaan Tuhan yang Efektif. Peran kita adalah
bukan untuk membuat perkataan Tuhan kuat melalui pembicaraan kita, tetapi untuk
membantu orang-orang mengenali kekuatan dan signifikansi dari perkataan Tuhan itu.
Perkataan Tuhan adalah bagian dari
Pewahyuan Dia hadir dalam FirmanNya. Khotbah kita tentang firman Allah
bukan milik kita sendiri. Hamba Tuhan adalah sarana utama Allah untuk
membuat FirmanNya dikenal. Hambat Tuhan dipakai untuk menyampaikan Firman kepada
orang-orang Kristen maupun non-Kristen. Kemudia, Wahyu Allah itu bersifat historis dan kontemporer. Firman diberitakan
berdasarkan wayuh Allah tetapi juga aplikatif didalam kehidupan dimasa sekrang.
4. BERKHOTBAH
SEBAGAI PELAYANAN FIRMAN
Ketika Yesus melihat
orang banyak, naiklah Ia ke atas gunung, dan setelah dia duduk murid-muridnya
datang kepadanya, kemudian dia mulai berbicara, dan mengajar mereka (Mat 5:
1-2). Firman kepada murid-muridnya tentu saja sangat penting. Kita biasanya
tidak menggambarkan itu sebagai khotbah melainkan pengajaran kelompok kecil
atau pelatihan para murid. Ada juga peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam
Injil di mana Yesus terlibat dalam suatu pelayanan Firman kepada seorang
individu.Dalam Yohanes 4 Yesus diskusi dengan wanita Samaria tentu saja
pelayanan Firman yang ditujukan kepada satu orang maksudnya adalah bahwa
pelayanan Firman adalah gambaran umum yang mencakup berbagai pelayanan. Calvin
berkhotbah bukan hanya merupakan pelayanan Firman yang diucapkan tetapi juga
menjadi pelayanan Firman yang dituangkan dalam tulisan, dimana ia juga menulis
banyak buku untuk menyampaikan Firman dan juga mengimplementasikannya
dalam hidupnya. Demikian juga dengan Packer
memberikan gambaran lengkap tentang pelayanan Firman dalam khotbah-khotbahnya
yang teratur pada hari Minggu dan Kamis, masing-masing berlangsung satu jam, ia
juga mengajar agama Kristen dasar, dan mengadakan diskusi diskusi dan doa serta
membagikan Alkitab dan buku-buku Kristen, dia mengajar orang-orang melalui
konseling pribadi dan katekisasi.
Khotbah pada dasarnya
adalah kegiatan pelayanan dan tujuannya yang paling bermanfaat adalah
menyampaikan Firman Tuhan. Dalam hal
ini, berkhotbah mencerminkan pesan Alkitab, di mana sebagian besar buku
diarahkan bukan untuk individu atau pemimpin tetapi kepada umat Allah. Jadi Tujuan
utama dari khotbah hari Minggu adalah untuk membangun tubuh, Tetapi kita juga
harus mempertobatkan orang-orang yang tidak percaya, melatih orang-orang dalam
keterampilan pelayanan, dan memuridkan dan menasihati orang-orang dengan Firman
Allah.
Paulus adalah
seorang model pengkhotbah dalam perjanjian baru. Dalam uraiannya sendiri
tentang pelayanannya, Paulus menggambarkan tidak hanya perannya yang unik
sebagai rasul bagi bangsa-bangsa lain, tetapi juga pelayan Kristus yang menyampaiakn
Firman dan apapun yang dilakukan segalanya hanya untuk kemulian Allah. Gambaran
itulah yang terlihat dalam Alkitab mengenai pelayanan Paulus. Perhatian
utama Paulus dalam surat-surat ini adalah untuk mengajar orang-orang untuk
hidup sebagai anggota rumah tangga Allah, gereja Allah yang hidup, yang disebut
sebagai tiang dan benteng kebenaran (I Tim. 3: 15).
5. ALKITAB
PENGKHOTBAH
Masalah yang diangkat
di sini adalah hubungan antara isi Alkitab dan isi khotbah. P.T Forsyth
mengatakannya sebagai berikut: Alasan utama mengapa pengkhotbah harus kembali
ke Alkitab adalah karena Alkitab adalah yang terbesar khotbah di dunia. Maka
sangat perlu memerhatikan hubungan antara isi Alkitab dan khotbah kita. Kita
telah memperhatikan bahwa Lukas menggunakan sejumlah frasa untuk menggambarkan
khotbah Perjanjian Baru. Ini termasuk seluruh pesan firman Allah, kabar baik
tentang kerajaan Allah dan nama Yesus Kristus. Lukas menggambarkan khotbah
Kristen mula-mula sebagai khotbah dan pengajaran Alkitab. Hal yang sama juga
dikatakan oleh John Goldingay agar kita perlu memperhatikan hubungan antara isi
Alkitab dan khotbah dengan sangat hati-hati. Peter menyadari bahwa istilah
teologi biblika dapat dipahami dalam berbagai cara, tetapi dengan itu ia maksudkan
teologi yang Allah ajarkan kepada kita dalam Alkitab Teologi biblika berkaitan
dengan mencari tahu apa yang Tuhan ajarkan kepada kita dalam Alkitab. Alkitab
dalam perjanjian lama dan perjanjian baru, Teologi biblika mengingatkan kita
bahwa Alkitab adalah pemberian Allah, teologis, interpretasi diri, dan kohesif.
Ini membantu kita untuk menghindari penggunaan Alkitab dalam cara
fundamentalis, atau cara yang hanya bersifat historis, psikologis, di luar
konteks, tidak koheren atau saling bertentangan, atau yang menyalahgunakan
untaian kecil karena telah melupakan gambaran besar. Dengan pemahaman inilah
membuat kita tidak mengkhotbahkan diri kita sendiri tetapi Firman Allah. Jadi,
kita harus mempelajari Alkitab, pengkhotbah, dan cara-cara di mana sifat dan
teologi Alkitab harus menginformasikan pemberitaan kita.
6. TUJUAN BERKHOTBAH
Secara sederhana tujuan berkhotbah
adalah untuk mengajarkan apa yang menjadi isi hati Tuhan, Firman disampaikan
dan dijelasankan kepada jemaat sehingga jemaat mencapai kesatuan iman,
kedewasaan, dan bertumbuh secara rohani. Peter menjelaskan bahwa untuk mencapai
tujuan dalam berkhotbah adalah harus berkhotbahlah dengan baik. John Stot,
mengatakan bahwa untuk berkhotbah berarti membuka teks yang di Ilhami dengan
kesetiaan dan kepekaan yang sedemikian besar sehingga suara Tuhan didengar dan
umat menaat Tuhan. Disinilah terlihat bahwa menjadi hamba Allah dalam pelayanan
berarti bahwa kita harus bertanggung jawab atas pelayanan kita kepada Allah (1
Kor. 4: 4). Pengkhotbah yang merendahkan Tuhan sehingga ia tidak mau tunduk
pada Firman Tuhan, adalah pembohong. Pada akhirnya tujuan berkhotbah adalah untuk melayani Allah
dan Kristus, untuk melayani Firman Allah, dan untuk melayani umat Allah
7. TUNTUTAN
BERKHOTBAH.
Dalam bab terakhir ini kita melihat tuntutan
khotbah. Dalam bukunya John Stott, mengatakan I Believe in Preaching, mengutip dalam bahasa yang agak berbunga-bunga
seabad yang lalu. John Stott juga menggambarkan bagaimana C. H. Spurgeon
berjalan menaiki tangga mimbar pusat yang besar di Metropolitan Tabernakel,
mengatakan ketika dia menaiki mimbar saya percaya pada Roh Kudus.' Bahwa Injil yang
diberitakan di telinga semua orang; itu hanya datang dengan kekuatan untuk
beberapa orang. Kuasa yang ada dalam Injil tidak terletak pada kefasihan
pengkhotbah, kalau tidak, manusia akan menjadi pengubah jiwa. Juga tidak
terletak pada pembelajaran pengkhotbah, jika tidak, itu akan terdiri atas
kebijaksanaan manusia. Kita dapat berkhotbah sampai lidah kita membusuk, sampai
kita harus menguras paru-paru kita dan mati, tetapi tidak akan ada jiwa yang
dipertobatkan kecuali ada kekuatan ilahi yang menyertainya yaitu Roh Kudus
mengubah kehendak manusia. Semua ini berarti bahwa itu harus jelas bagi mereka
yang kita layani bahwa tugas utama dan kesetiaan kita adalah kepada Allah dan
Kristus. Kemudian Matthew Simpson memberikan ringkasan yang luar biasa tentang
keunikan dari khotbah. Dia menulis tentang pengkhotbah: TakhtaNya adalah
mimbar, dia berdiri sebagai pengganti Kristus, pesannya adalah firman Tuhan, di
sekelilingnya ada jiwa abadi, Juruselamat tidak terlihat ada di sampingnya, Roh
Kudus menaungi jemaat, Malaikat menatap pemandangan dari surga.
Tuntutan dari khotbah juga adalah seorang pelayanan harus
memiliki kasih, dan itu harus menjadi dasar dari
semua tindakan, dan terutama dari tindakan seorang pelayan. Jika kasih memenuhi
hidup seorang pelayan dia jarang akan tersinggung, walaupun menyakitkan, ia juga
tidak akan melakukan pekerjaan Tuhan dengan lalai, mengerti pelayanan, memiliki
kebijaksanaan dalam membingkai semua doktrin, nasihat, dan terutama tegurannya,
dan setia kepada Tuhan yang mengutusnya.
Sumber bacaan Penulis dari buku Speaking Gods Words A Practcal Theology Of
Preaching. Tuhan memberkati.
0 Response to "Speaking God’s Words A Practical Theology of Preaching"
Post a Comment