Hamba Dosa atau Hamba Kebenaran
Hamba
Dosa atau Hamba Kebenaran
Roma
6:15-23
Pendahuluan:
Semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Status manusia
berdosa berawal dari kejatuhan manusia pertama Adam akibat dari ketidaktaannya
kepada Allah. Sehingga manusia dikatakan berdosa bukan karena ia pernah atau
sering berbuat dosa melainkan telah mewarisi dosa dari Adam, sehingga dalam
natur, manusia adalah orang berdosa dan akibat atau upah dosa adalah maut.
Karena itulah iblis senang dan memakai dosa sebagai senjata untuk menghancurkan
dan membinasakan manusia. Tetapi syukur kepada Allah karena Ia telah
mengaruniakan anakNya yang Tunggal untuk mati dan bangkit menanggung segala
hukuman akibat dosa manusia dan memberi kehidupan kepada mereka yang menerima
dan percaya kepadaNya. Karena itulah sebagai orang percaya kita harus sadar
bahwa kita bukan lagi hamba dosa tetapi hamba kebenaran.
Dalam
ayat 16 Paulus memberikan penekanan akan masalah yang dianggap sebagai sesuatu
yang sangat penting. Ia mengatakan bahwa apabilah kamu menyerahkan dirimu
kepada seseorang dan mentaatinya, maka kamu adalah hamba orang itu, baik dalam
dosa yang memimpin kamu pada kematian, maupun ketaatan yang memimpin kamu
kepada kebenaran.
Arti
dari kata Hamba adalah pelayan atau budak. Hamba yang dimaksudkan disini
merupakan penggambaran akan status manusia apakah dia adalah hamba dosa atau
hamba kebenaran. Sedangkan Dosa adalah pemberontakan terhadap perintah
dan hukum Allah, serta bergerak kearah yang berlawanan dengan kehendak Allah
dan menjadikan diri sebagai musuh Allah. Kemudian kata terakhir yakni Kebenaran
merupakan sesuatu yang lurus dan benar. Kebenaran disini dihasilkan dari
sumber, pokok atau kebenaran yang sejati, sehingga menghasilkan kelakuan dan
perbuatan yang benar.
Bagaimana kehidupan seorang hamba
Dosa?
Sebelum
membahas poin-poin tersebut mari terlebih dahulu membahas apa arti hamba
dosa? Dalam New American Standar Bibel (NAS) memakai kata slave
to sin sedangkan dalam Yunani diterjemahkan budak dosa, yang menarik
adalah kata tersebut memiliki kasus gender feminim menjelaskan bahwa dosa itu
manis, nikmat, mempesona, menggiurkan. Sehingga tidak heran manusia senang
dengan dosa. Namun hal yang tidak disadari adalah bahwa dosa tersebut
membelenggu dan memperbudak. Yesus sendiri mengatakan bahwa setiap orang yang
melakukan dosa adalah hamba dosa (Yoh. 8:34). Bahkan jika kita menyerahkan
hidup kita kepada dosa kita menjadi tidak berdaya sebab dosa mencemarkan hidup
kita. Dan dalam keadaan seperti ini kita hanya membutuhkan kekuatan anugerah
dari Allah. Sekarang mari kita perhatikan beberapa poin kehidupan seorang hamba
dosa.
1. Hidup
di bawah Hukum Taurat (ayat 15)
Pokok permasalahan dalam di pasal ini dan sebelumnya berkaitan erat dengan orang Yahudi dan hukum agama Yahudi yakni hukum taurat. Berada dibawah hukum taurat berarti suatu kiasan yang menggambarkan ketundukan terhadap hukum taurat atau lebih dari itu dikuasai oleh hukum taurat. Sehingga tidak mengherankan ketika orang Yahudi merasa bahwa mereka adalah umat yang istimewa karena pada mereka dipercayakan wahyu. Mereka merasa bangga bahwa hidup melakukan hukum taurat adalah hal utama. Sehingga pada akhirnya mereka menganggap diri mereka sebagai orang yang benar dan layak. Kesimpulan tegas dari Paulus mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang benar artinya baik orang Yahudi maupun Non Yahudi adalah orang berdosa.
2. Hamba
Kecemaran dan kedurhakaan (ayat 19)
Cemar artinya kotor, ternoda dan keji. Durhaka berarti ingkar terhadap perintah Tuhan dan tidak setia. Maksud kedua kata tersebut menjelaskan bahwa manusia telah mempersembahkan anggota-anggota tubuhnya kepada dosa sehingga menjadi hamba kecemaran menjadi kotor, najis dan kedurhakaan patut mendapatkan penghukuman.
3. Bebas
dari kebenaran (ayat 20)
Dalam hal ini kehidupan seorang hamba dosa adalah kehidupan tanpa Kristus, tanpa Firman dan tanpa kebenaran. Tidak terikat pada kebenaran melainkan terikat pada dosa. Dalam terjemahan Bahasa Indonesia sehari hari (BIS) bebas dari kebenaran berarti tidak menghiraukan kebaikan.
4. Merasa
malu (ayat 21)
Kalau kita melihat kembali ketika manusia jatuh dalam dosa, mereka bersembunyi dihadapan Allah. Tidak hanya takut terhadap Allah tetapi merasa malu karena mereka melihat diri mereka telanjang. Orang yang bersalah atau membuat kejahatan pasti hati mereka dituduh sehingga mereka tidak mengalami kedamaian dan perasaan malu atas perbuatan tersebut menguasai mereka. Mereka malu karena hasil yang dilakukan atau buah yang dihasilkan itu adalah kejahatan/dosa dan endingnya adalah kematian.
5. Tidak
menghasilkan buah yang baik (21)
Selama masih hidup sebagai hamba dosa maka yang dihasilkan dalam hidup, baik melaui pikiran, hati, perkataan, dan perbuatan adalah kejahatan. Tidak pernah mengahasilkan buah yang baik.
6. Mengakibatkan
kematian kekal (ayat 16, 21, 23)
Perlu diperhatikan bahwa
Paulus menggunakan kata kematian mempunyai tiga makna yakni Pertama, kematian
sebagai bentuk penghukuman Allah kepada manusia (Rom.5:12-14), Kedua, kematian
rohani. Keadaan ini dialami oleh mereka yang tidak percaya kepada Yesus (Ef.
2:1; Kol. 2:13), Ketiga, kematian kekal sebagai penghukuman terakhir
dari Allah terhadap manusia berdosa (Rom. 6:16).
Artinya tidak ada kehidupan kekal apabila hidup kita masih tetap dalam perhambaan atau belum dibebaskan dari dosa.
Enam poin diatas merupakan gambaran kehidupan seorang hamba dosa, yang pastinya tidak mungkin membebaskan diri dan tidak mungkin bisa menyelamatkan dirinya. Ia adalah seorang yang akan dimurkai oleh Allah.
Bagaimana kehidupan seorang hamba
Kebenaran?
Setelah
kita melihat kehidupan seorang hamba dosa, sekarang mari kita perhatikan
kehidupan seorang hamba kebenaran.
1. Hidup
dibawah Kasih Karunia (ayat 15)
Keselamatan adalah anugerah Allah. Kebenaran hanya didapatkan oleh iman kepada Allah yang telah berkorban bagi kita melalui Tuhan Yesus Kristus. Dalam kitab Efesus 2:8-9 mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh karena kasih karunia, itu bukan hasil usaha kita, bukan pula karena perbuatan kita tetapi pemberian Allah. Maka orang yang percaya kepada Kristus adalah orang yang hidupnya berdasakan kasih karunia Allah. Dahulu kita memang adalah hamba dosa tetapi sekarang telah dimerdekakan, dibebaskan dari dosa. Sehingga bukan lagi hamba dosa melaikan hamba kebenaran. Jadi hidup dibawah kasih karunia berarti hidup dikuasai oleh rahmar Allah dan dikendalikan oleh rahmat Allah.
2. Hidup
Mentataati kebenaran (ayat 17)
Berbeda dengan kehidupan seorang hamba dosa yang mencemarkan hidupnya kepada dosa sehingga menjadi tercemar. Hidup seorang hamba kebenaran adalah hidup dalam ketataan kepada Allah. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap kekuatan dan segenap jiwa. Ketika Paulus mengatakan tetapi syukur kepada Allah, maksudnya adalah dahulu sewaktu kita belum percaya kepada Yesus, belum mengenal Yesus kita adalah hamba dosa, taat pada dosa.
3. Menjadi
hamba kebenaran yang meguduskan (ayat 17)
Ada satu ayat Alkitab yang sering dinyanyikan dalam Mazmur pasal 119 “dengan apakah seorang muda dapat mempertahankan kelakuannya bersihi? Hanya dengan menjaganya sesuai dengan Firman Allah.” Saya percaya bahwa Firman Tuhan adalah wahyu Allah, berkuasa mengubahkan, memurnikan setiap orang yang berdosa. Itulah sebabnya apabila seseorang dibebaskan dari dosa statusnya menjadi hamba kebenaran maka ia akan mengalami pembaharuan pengudusan hidup melalui karya Roh Kudus.
4. Menjadi
hamba Allah (ayat 22)
Kalimat tetapi sekarang merupakan tanda perbedaan yang mencolok terhadap keadaan pada waktu atau sebelum sebelum percaya Yesus. Sekarang telah dimerdekakan arti kata ini menunjuk pada manusia yang “pasif” dan Allah lah yang “aktif” yang memerdekakan kita. Sehingga setelah kita dimerdekakaan dari kuasa dosa barulah kita menjadi hamba Allah.
5. Beroleh
buah yang membawa pada pengudusan (ayat 22)
Buah yang baik, yang menguntungkan adalah hasil dari kehidupan orang percaya yang dimerdekakan yang menjadi hamba Allah, dan hidup bagi Allah. Buah merupakan hasil dari iman kepada Yesus Kristus.
6. Memperoleh
hidup yang kekal (ayat 22-23)
Paulus yakin bahwa hasil
akhir dari suatu kehidupan orang percaya adalah hidup dalam kekekalan. Memperoleh
hidup yang kekal adalah murni pemberian Allah secara cuma-cuma. Hidup dalam
persekutuan, terikat erat dengan Tuhan Yesus memastikan hidup kita sejati tanpa
akhir.
Kesimpulan
Dulu
kita adalah hamba dosa, tetapi syukur kepada Allah dalam kasih karuniaNya kita
menjadi hamba kebenaran. Kita dimerdekakan oleh Allah murni karena kasih
karunia Allah. “Grace” seharusnya kita tidak mendapatkannya. Lebih dalam lagi
kata “mercy” seharus kita tidak menerimanya, dan bahkan pelanggaran yang kita
lakukan seharusnya kita yang tanggung itu juga dibebankan kepadaNya. (artinya
Ia tidak hanya memberikan kasih karuniaNya bagi kita tetapi Ia juga menanggung
segala dosa kita, Roma 5:15-16) Karena itu sebagai hamba kebenaran marilah kita
hidup dalam kasih karunia. Jangan mau lagi diperhamba oleh dosa. Jika kita
hidup menyerahkan diri dan mentaati seseorang, maka kita adalah hamba orang
tersebut. Jikalau kita taat kepada dosa maka kita adalah hamba dosa dan
akibatnya adalah kematian kekal. Sebaliknya apabilah kita taat kepada Allah
maka kita adalah sahabat Allah.
0 Response to "Hamba Dosa atau Hamba Kebenaran"
Post a Comment