TEOLOGI PERJANJIAN lAMA

Theology Biblical

Penulis bersyukur oleh karena dapat membaca buku “PADA MULANYA PENCIPTAAN DAN SEJARAH KEIMAMAN” karangan Robert dan David. 

Dalam buku tersebut menjelaskan tentang bagaimana penciptaan dan apakah keseluruhan isi bumi diciptakan oleh Allah atau tidak.  Inilah yang menjadi pembahasan penting terhadap buku ini.  Banyak orang-orang mesir menganggap bahwa dewalah yang menciptakan dunia sebagai Atum (yang berada ditempat yang tinggi, dipuncak bukit, yang muncul dari bebatuan yang suci).  Sehingga tidak mengherankan bahwa teks-teks tentang penciptaan harus bgitu banyak menyangkut kultus-kultus.  Penciptaan adalah kegiatan atau fungsi para dewa.  Penciptaan pada dasarnya berarti bahwa dunia seperti yang kita kenal dibuat oleh seorang dewa. Dalam hal demikian Robert dan David menjelaskan bahwa penciptaan yang dikerjakan oleh Allah hanya dapat diterima dengan percaya kepada otoritas Alkitab. Dan meyakini bahwa Allahlah yang menciptakan segala sesuatu bukan para dewa-dewa ataupun yang lain.  

Selain membahas tentang penciptaan, dalam pembahasan selanjutnya membahas tentang keimaman dalam Alkitab.  Imam adalah anggota kelas penguasa.  Seorang imam bertanggung jawab atas penerimaan bait suci.  Dalam buku ini menjelaskan bahwa bait suci negara menjadi ibadah korban daging.  Inilah hak istimewa keimaman sebagai kelas untuk makan dengan kelimpahan dan beberapa periode bahkan diklaim sebagai hak istimewa untuk sama sekali tidak boleh menyembelih hewan korban kecuali pengawasan dan keterlibatan hak yang mustahil dilaksakan.  Dalam ibadah korban negara membutuhkan tenaga spesialis penuh waktu dan para imamlah golongan profesional semacam itu.  Ibadah korban sajian digabungkan dengan hak guna tanah para imam untuk membebaskan para imam pelindung dan pembantunya dari keharusan mencari nafkah dan dibidang lain agar para imam melanjutkan tugas-tugas mereka sebagai petugas doa dalam ibadah.

Daud yang dibawah pemerintahannya bagi Israel ternyata mendukung dua kelompok imam.  Yang mungkin saling bersaing yang diwakili oleh Abyatar dan Zadok.  Abyatar berasal dari Silo dan secara teoritis ia adalah keturunan Musa.  Dan Zadok yang ditunjuk Daud sebagai imam bagi keluarganya berasal dari Yehuda dan berhubungan erat dengan keluarga-keluarga yang ada ikatannya dengan Daud.  Dan para ahli Zadok menganggap bahwa leluhur mereka adalah keturunan Harun.  Dalam ini dapat dipahami bahwa baik Musa dan Harun kedua-duanya memiliki nama Mesir.  Dalam artian bahhwa Musa dan Harun bersama dari rumah keimaman Lewi.  

Ketika Salomo menggantikan Daud dengan dukungan kekuatan-kekuatan yang sifatnya pribadi dan berbeda dari kekuatan-kekuatan populer.  Ia mendirikan lembaga keimaman yang bertugas merawat bait Allahyang ia bangun dengan memecat Abyatar, yang mewakili golongan Lewi secara luas dan memberikan kedudukan kepada Zadok sebagai satu-satunya imam kepala.  Dan keluarga zadok juga mengkalim bahwa mereka adalah orang Lewi keturunan Harun.  Sementara Musa tetap menjadi sosok penting bagi keluarga kerajaan bertahun-tahun sudah itu Harun juga dianggap sebagai leluhur istimewa dan pelindung kelompok imam di bait Allah.

Berkat kedudukan istimewanya, para imam Zaok menjadi keluarga yang berkuasa di Yehuda dan kekuasaan serta hak istimewa  mereka terus berlanjut selama berabad-abad.  Mereka merupakan golongan yang elit.  Dan bukan hanya itu saja para imam Zadok memiliki posisi yang amat kuat khususnya pada zaman Hizkia yang memindahkan ular perunggu dari bait Allah.  Sebuah kisah yang berkaitan dengan kekuasaan Musa. Keluarga-keluarga imam bait suci Daud yang sudah berakar di Yerusalem terus berlanjut sepanjang zaman bait suci.     Sejarah keimaman muncul dalam beberapa perikop tertentu dalam kejadian dan keseluran bahkan seluruh kitab imamat ini membuktikan bahwa fungsi keimaman adalah sangat penting dalam bait Allah.  

Kisah penciptaan keimaman dalam kejadian dan keluaran tampil pertama didalam Alkitab bukan untuk alasan lain kecuali untuk memperkenalkan revisi yang dilakukan para pengikut Harun pada sejarah bait suci kerajaan Daud.  Dimana didalamnya mengemukakan bagaimana para imam pengikut Harun pada akhir abad ke-6 sM memandang dunia tempat tinggal mereka dan bagaimana dunia itu terbentuk. Dan golongan para imam Harunlah yang dominan dari bait Allah.  

Sebelum karya penciptaan, dunia berada dalam keadaaan kacau balau.  Pokok-pokok utama yang dikemukakan dalam penciptaan adalah tidak hanya Allah yang menciptakan semuanya tetapi Allah melakukannya dengan urutan waktu tertentu dan dengan tatanan yang begitu baik.  Tindakan penciptaan berupa pernyataan “jadilah terang” ini bukan undangan melainakan suatu perintah yang harus dipatuhi.  Penciptaan dalam sejarah keimaman terutama terdiri dari serangkaian perintah.  Dan sepanjang sejarah keimaman Allah memberi perintah dan manusia mematuhi perintah itu, banyak  kesamaan dengan seorang imam pengikut Harun yang mungkin telah mengeluarkan suatu perintah dalam oraganisasi bait Allah dan berharap untuk segera dilaksanakan.  Demikian pulalah tatanan penciptaan. Saat prinsip kepatuhan dilanggar, seperti ketika seorang berbuat dosa, komponen tertentu dari tatanan ciptaan harus bekerja untuk mengatasi pelanggaran itu ini adalah tujuan utama dari upacara korban bait Allah yang penting bagi keimaman.

Sebagaimana ciri utama dari penciptaan Allah adalah bahwa ciptaan tersebut bergerak.  Dalam konteks keimaman, makhluk-makhluk yang diciptakan Tuhan dan segala jenis tumbuhan yang diciptakan bertumbuh dan berbuah. Begitu juga dengan ciptaan yang bergerak, juga berkembang biak masing-masing sesuai dengan jenisnya. Manusia diciptakan sesuai, segambar dan serupa dengan Allah.  Padangan tentang sifat manusia yang dimuliakan adalah pandangan khas keimaman yang sudah tampak dalam pernyataan mazmur 8 bahwa “Allah telah membuatnya hampir sama seperti Allah” pandangan ini memahami bahwa manusia diciptakan menurut model yang ideal dari sifat ilahi.  Dengan demikian dalam pandangan keimaman ini, menggolongkan manusia serupa dengan mereka (imam).  Dilihat dari segi fungsi para imam adalah melayani sesama manuisa dengn tidak melihat bentuk rupa dari pada yang dilayani.  Seorang imam harus menyadari bahwa orang-orang yang dilayani adalah sama sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan segambar dan serupa dengan Allah.  

Dalam kitab Imamt 10:10 menguraikan lagi bahwa funsi para imam adalah untuk membedakan antara yang kudus dan dengan yang tidak kudus, antara yang najis dan dengan tidak najis.  Seorang imam harus tahu memahmi pembedaan. Pemisahan ini sebagai kesatuan dari tindakan penciptaan Allah  sebagai mana Allah memisahkan dan membedakan antara ciptaan yang satu dengan yang lainnya.  Dengan demikian golongan imam harus sejalan dengan tindakan karena fungsi imam sebagai orang yang terkemuka.  Dan dalam keimaman, tidak hanya perlu membedakan, tetapi juga membuat perbedaan, seperti siang dan malam (kejadian 1:4).  Tugas imam ialah membedakan antara yang kudus dan yang umum (biasa), serta antara yang najis dan yang tidak najis dan antara yang yang haram dan tidak haram.

Bagian Selanjutnya dalam buku tersebut adalah tanda perjanjian Allah terhadap Abraham yaitu Sunat.  Yang sangat menggangu bagi pandangan bahwa sunat merupakan  tanda identifikasi.  Abraham digambarkan oleh keimaman sebagai bapa leluhur bagi banyak bangsa selain bangsa Yehuda.  Perjanjian dengan Abraham yang menyangkut sunat dianggap menunjukan identitas khas bangsa Yahudi sampai sekarang.   Penentuan waktu sunat ada dua bagian yang dijelaskan dalam buku tersebut yaitu ritual sunat dilakuakn pada saat umur anak laki-laki masih bayi dan sampai remaja. Dan kedua ritual sunat selalu berlangsung sebelum pernikahan pria yang bersangkutan.  Tidak kalah penting dari semua ini lembaga kaum pria dan keimaman secara ekslusif adalah milik pria.  Hal ini dapat dibuktikan bahwa hak istimewa kaum pria dan keimamannya dinyatakan dalam perjanjian kedua dalam tradisi keimaman  yaitu perjanjian dengan Abraham. 

Dari awal penciptan Allah membuat perjanjian bahwa tidak boleh makan daging-daging tertentu  serta perjanjian yang kedua yaitu sunat.  Tanda perjanjian yang ketiga adalah hari sabat.  Kata “sabat” sebenarnya tidak muncul akan tetapi kata kerja bahasa Ibrani yang diterjemahkan yaitu “Istirahat” dan kata kerja di sabat diartikan “Berhenti”.  Konsep ini telah dikenal sejak awal di Israel.  Pada zaman perjanjian lama hari ke tujuh adalah hari sabat atau hari berhenti setelah bekerja selama enam hari lamanya. Pada sabat inilah bangsa israel pada waktu merayakan pesta panen pada hari raya.  Dalam hal inilah golongan keimaman begitu menekankan sabat, alasannya adalah untuk memperkuat ketaatan pada apa yang sebenarnya merupakan kebiasaan baru dan ketaatan pada hari sabat mingguan. Dalam kitab keluaran sabat adalah perjanjian yang abadi (Keluaran 16:22-30).  Dan dalam kitab imamat 16 menggambarkan korban dan hewan yang harus dikorbankan pada hari raya pendamaian atau penebusan tiap tahun.  Meskipun hari raya pendamaian jatuh pada hari kesepuluh dari bulan ketujuh seperti yang ditentukan oleh bulan , hari itu disebut hari sabat para imamlah yang mengatur penumpahan darah (penyembelihan hewan korban) Imamat 16:29-31.

Menjelang akhir hukum kekudusan, penulis keimaman menguraikan tiga hari raya besar bait Allah yakni paskah, hari raya mingguan dan hari raya pondok daun ( Im.23:2-3). Ketiga hari raya tersebut diuraikan kembali : pertama persembahan korban domba dan panen jelai harus dirayakn dengan menyembeli domba paskah dan makan roti yang tidak beragi selama tujuh hari. Yang kedua hari raya panen gandum ditetapakn selama tujuh kali tujuh hari. Dalam pemaham keimaman hukum dalam perjanjian di Sinai diberikan pada watu yang bersamaan dengan panen ini ( Kel 19:1)

Dalam perjanjian lama bait Allah adalah pusat tempat untuk dapat menghampiri Allah.  Keimaman menggambarkan tempat ibadah adalah sebagai sebuah kemah.  Gagasan tersebut adalah ibadah kepada Allah harus dilakukan dalam sebuah kemah.  Kemah suci dianggap sudah ada sejak zaman Israel mula-mula sampai kepada zaman Salomo.  Dalam konteks perjanjian lama kemah atau tabernakel memiliki arti yaitu sebuah lokasi dimana Allah datang menjumpai umat Israel. Dalam bahasa aslinya menggunakan kata “ohel mo’ed” yang berarti “kemah pertemuan antara Allah dan manusia”.  Disinilah Allah menemui umat-Nya dalam bentuk “kemuliaan-Nya”, Allah yang Mahakuasa.  Demikian dalam sejarah keimaman, kehormatan Allah tampak dalam pengendalian yang Allah wujudkan dalam ciptaan serta tatanannya.

Pada bagian selanjutnya dalam buku tersebut menggambarkan persembahan sebagai ritual perspektif keimaman dalam kitab imamat yang terdiri dari lima kategori. Pertama adalah korban bakaran hewan atau unggas yang masih utuh (1), Kedua Persembahan padi-padian, Ketiga persembahan keselamatan atau komunal (syelem) (3), Keempat korban pemurnian atau korban penyucian (Im 4:1-5:13), Kelima hampir sama dengan yang keempat  persembahan penghapus dosa.  Korban dipersembahkan jikalau berbuat dosa.  Mengapa harus mempersembahkan korban karena dosa mengakibatkan kerusakan dalam bentuk pengaruh buruk atau kecemaran. Cara yang dilakukan para imam dalam mempersembahkan koraban yaitu darah dari setiap korban ditampung dan dipercikan didepan tabir penyekat bagian yang maha kudus tabernakel, kemudian dioleskan pada tanduk-tanduk mesbah pembakaran dan menuangkannya pada bagian dasar mezbah.

Ibadah korban oleh para imam dipadukan oleh ibadah doa, diiringi masuk piji-pujian oleh orang lewi dan kemudian diselenggarakan berabad-abad dalam bait Allah.  Kemudian dalam sebuah pemberontakan besar melawan Romawi di Pelestina, bait Allah dihancurkan pada tahun 70 M. Setelah lewat tahun 70 M orang-orang Yahudi berharap bait Allah dapat dipulihkan, tetapi perhatian utama ditunjukan pada kepatuhan atas ketetapan-ketetapan hukum taurat.  Ketetapan tersebut dibuat termasuk aturan-aturan yang dibuat para imam abad ke 6sM, kecualiyang menyangkut persembahan korban dibait Allah. Dan mereka memahami bahwa ketaatan terhadap taurat tersebut dapat menyucikan kembali tanah palestina. Dan setelah semuanya itu kelompok-kelompok kristen mampu menafsirkan banyak dari apa yang telah dipikirkan dan dikatakan sebelum 70 M, seolah-olah semuanya mengacu pada hukuman atas bait Allah.

Dalam pembahasan yang penulis sudah laporkan, dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatunya dengan satu tujuan supaya setiap orang menyadari bahwa semua ciptaan Allah baik adanya dan Allah rindu supaya semua ciptaan mengerti dan saling menghormati, salaing melayani dan saling mengasihi oleh karena kita dicipakan sama yaitu segambar dan serupa dengan Allah.  Setiap kita punya tugas dan tanggungjawab atas apa yang dipercayakan bagi kita untuk kita kerjakan.

Demikianlah laporan yang penulis buat biarlah kita yang membaca dapat menambah wawasan kita tentang pengenalan kita terhadapa penciptaan dan mengerti apa tujuan Allah menciptakan kita. 

Tuhan Yesus Memberkati.

#tugasmhs


0 Response to "TEOLOGI PERJANJIAN lAMA "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel