MELAYANI: ASPEK PRILAKU DALAM DUNIA KERJA dan PELAYANAN GEREJA
Kolose 3:23 dan Titus 2:6-10
Tidak sedikit diantara orang Kristen yang berusaha memisahkan antara apa yang rohani dan apa yang duniawi. Bagi mereka, bekerja di dunia sekuler adalah hal duniawi yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal rohani.
Akibatnya mereka tidak lagi menikmati dan menganggap pekerjaan sebagai anugerah Tuhan bagi setiap orang percaya. Tulisan Paulus kepada Jemaat Kolose & Titus mengajak setiap orang percaya menikmati anugerah Tuhan yang begitu luar biasa.
Anugerah Tuhan sebagaimana dijelaskan Paulus (Titus 2:11) merupakan dasar bagi tiap orang percaya untuk hidup benar di hadapan Tuhan, serta melakukan apa yang baik dan berkenan bagi semua orang, sehingga setiap pekerjaan mereka pun dapat dikatakan sebagai wujud melayani Tuhan.
Dengan demikian, setiap pekerjaan apa pun, setidaknya merupakan kesempatan bagi tiap orang percaya menyatakan kesaksian yang benar, dimana Kristus benar-benar hadir dalam hidup setiap mereka.
Bahkan dalam Kitab Kolose 3:23 dikatakan bahwa apapun yang kita perbuat (baik melayani digereja, maupun dalam pekerjaan kita di dunia sekuler), perbuatlah itu dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Jelas tidak ada perbedaan saat orang Kristen hadir dalam dunia pelayanan di gereja maupun dalam dunia bekerja (sekuler).
Anggapan bahwa melayani Tuhan di gereja harus lebih sungguh-sungguh, harus lebih rohani dan harus siap bayar harga dibanding melakukan tugas pekerjaan dalam dunia sekular, jelas sama sekali salah.
Sebaliknya sama salahnya jika orang berkata bekerja di dunia sekuler adalah wajar mengikuti cara dunia tanpa perlu menerapkan nilai-nilai Firman Tuhan sebab tempat menerapkan nilai rohani itu di gereja. Di mata Tuhan baik dunia pelayanan di gereja maupun dunia sekular memiliki nilai yang sama, yaitu sama-sama melayani Tuhan.
Aplikasi apa yang bisa kita lakukan menurut Kitab Kolose 3:23?
(a). Ayat 23a: dengan kata-kata “Apa pun juga yang kamu perbuat”, di sini Rasul Paulus menempatkan tekanan bukan kepada kedudukan atau status sosial, bukan pula pada sifat pekerjaan, melainkan pada orang yang melakukan perbuatan itu dan kepada perbuatan itu sendiri.
Dengan kata lain, perbedaan kegiatan, tugas dan pekerjaan sudah tidak memegang peranan prinsip lagi bahkan apapun status jabatan kita dipekerjaan (pimpinan, bawahan, pedagang, majelis, hamba Tuhan dll), kita dituntut untuk berbuat seperti untuk Tuhan.
Dengan kata lain, jadilah pegawai/ karyawan yang baik, jadilah pimpinan yang bertanggung jawab, jadilah pelajar/ mahasiswa yang taat, atau jadilah pelayan masyarakat yang rendah hati dll. Mengapa demikian? Alasan pertama ialah kehadiran kita dipekerjaan adalah mewakili kehadiran Allah. Alasan kedua, pekerjaan yang kita miliki sekarang adalah dari Tuhan. Alasan ketiga, bahwa dimana kita bekerja kita adalah hamba yang sedang melayani Tuhan kita.
(b). Ayat 23b: dengan kata-kata ”perbuatlah dengan segenap hatimu”. Apakah seseorang melakukan tugas-budak atau tugas-tuan tidak lagi menetukan, melainkan yang menentukan adalah apakah orang itu berbuat dengan segenap hati atau tidak. Istilah “dengan segenap hati” berarti bersungguh-sungguh, tanpa pamrih atau pretensi.
Di sini Tuhan sedang meminta usaha maksimal dalam setiap pekerjaan kita. Sekali lagi, tanpa memandang bentuk pekerjaan, status kita dalam pekerjaan, dimana kita bekerja dan untuk siapa kita bekerja, yang jelas Tuhan menuntut pekerjaan kita harus maksimal. Sebab saat kita bekerja, kita sedang melayani Tuhan.
(c) Ayat 23c” dengan kata-kata “seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. Melayani di gereja, sepertinya kita sedang bekerja bagi nama gereja, bagi nama pendeta atau bagi nama majelis. Melakukan pekerjaan di sekuler, sepertinya kita sedang bekerja bagi nama perusahaan, nama pimpinan (bos), bagi pemerintah atau bagi orang lain.
Tapi dari ayat di atas sebenarnya saat kita sedang bekerja atau melayani kita sedang berbuat untuk Tuhan. Jadi jangan pandang jenis pekerjaannya, jangan pandang posisi pekerjaannya dan jangan pandang apa yang sedang dikerjakan, sebab apapun jenis, posisi atau pekerjaan yang sedang dilakukan yang jelas kita sedang berbuat seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Amin
0 Response to " MELAYANI: ASPEK PRILAKU DALAM DUNIA KERJA dan PELAYANAN GEREJA"
Post a Comment